Kamis, 11/05/2017 05:15 WIB
Jakarta - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa memuji kesepakatan nuklir multilateral pada 2015 dengan Iran sebagai tonggak sejarah, yang bisa menjadi contoh untuk menyelesaikan masalah global melalui diplomasi.
Dalam briefing tahunan untuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (11/5) Federica Mogherini juga menggarisbawahi perlunya semua pihak mematuhi kesepakatan tersebut, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
"Kesepakatan nuklir dengan Iran menunjukkan jalan ke depan untuk kita, orang-orang Eropa. Ini merupakan tonggak untuk non-proliferasi," kata diplomat papan atas Uni Eropa, menurut laporan Press TV, dilansir Financial Tribune
JCPOA ditandatangani antara Iran dan P5 +1 (Rusia, China, Prancis, Inggris, Amerika Serikat, ditambah Jerman) pada 2015. Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada bulan Januari 2016.
Tampil Glamor dengan Rambut Pirang, Billie Eilish Merasa Bukan Jati Dirinya
Importir Khawatir Pasokan Makanan Berkualitas Terganggu karena Pengecekan di Brexit
Menteri Luar Negeri Iran Meremehkan Tetapi Tetap Selidiki Serangan Pesawat Tak Berawak
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pembatasan kegiatan nuklir Iran dengan imbalan, antara lain, penghapusan semua sanksi terkait nuklir yang diberlakukan pada Republik Islam.
Komentar Mogherini muncul di tengah ketidakpastian mengenai masa depan kesepakatan di bawah Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan kesepakatan tersebut sebagai "mengerikan" dan berjanji untuk memeriksanya kembali.
"Kekuatan dunia menegosiasikan kesepakatan tersebut, namun kesepakatan tersebut segera diratifikasi oleh Dewan Keamanan dan kesepakatan tersebut sekarang termasuk dalam keseluruhan masyarakat internasional, tidak hanya bagi kita yang berada di ruangan itu di Wina," kata Mogherini.
Ia meminta sejumlah laporan oleh Badan Energi Atom Internasional yang mengkonfirmasikan kepatuhan Iran atas kesepakatan tersebut, Mogherini mengatakan Uni Eropa mendukung pelaksanaan kesepakatan sepenuhnya. Pekan lalu, Mogherini mengatakan membatalkan kesepakatan tersebut tidak akan menjadi kepentingan siapapun dan menekankan bahwa AS pasti telah memahami kenyataan itu sekarang.