Jum'at, 19/04/2024 00:29 WIB

CIPS Prediksi Harga Pangan Melejit di 2021

Penyebab defisit ini dikarenakan provinsi-provinsi tersebut bukan merupakan penghasil utama dari komoditas

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiarto menegaskan kondisi perberasan Indonesia lima tahun ke depan tetap tersedia bahkan selalu tersedia lebih dari cukup sepanjang waktu.

Jakarta, Jurnas.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS),Galuh Octania memprediksi harga komoditas pangan berpotensi mengalami kenaikan di 2021.

Dalam keterangannya diteriama Jurnas.com, Galuh mengatakan, melihat pengalaman di 2019, pemerintah mencatat bahwa di akhir April tahun ini, beberapa provinsi mengalami defisit beberapa komoditas pangan, seperti beras, jagung, gula, cabai, bawang putih, bawah merah, dan telur.

Penyebab defisit ini dikarenakan provinsi-provinsi tersebut bukan merupakan penghasil utama dari komoditas. Ditambah pula dengan proses distribusi yang sempat terhalang akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berbagai kebijakan pembatasan lainnya.

Galuh mengatakan, distribusi dan kesediaan sebagian besar pangan pokok di Indonesia memang sudah lebih stabil daripada sebelumnya. Meski begitu, beberapa komoditas yang sebagian besar berasal dari impor, seperti bawang putih, gula, daging sapi dan kedelai, diprediksi juga akan mengalami fluktuasi harga.

Kesulitan dalam mengamankan impor daging sapi dapat meningkatkan kemungkinan kenaikan harga domestik, apalagi mengingat perayaan Idul Fitri pada 2021 mendatang juga akan berlangsung di awal tahun.

Jumlah permintaan yang lebih rendah memang dapat meredam kenaikan harga. Akan tetapi, menjelang Ramadan dan Idul Fitri, jumlah permintaan sudah dipastikan akan melebihi permintaan di hari-hari biasa.

Untuk itu, ketersediaan stok yang memadai sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan harga pangan, terutama komoditas yang tergolong pokok dan dan sumber ketersediaannya sebagian besar berasal dari impor.

"Rentetan peristiwa yang menandai fluktuasi harga komoditas pangan, terutama yang termasuk pada komoditas pokok dan ketersediaannya dipenuhi lewat impor, idealnya sudah bisa dijadikan parameter dalam mengambil kebijakan," ujar Galuh.

"Tentu saja selain fluktuasi harga, data produksi pangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi sangat penting dalam menentukan kebijakan. Proses panjang importasi juga perlu diingat sehingga timing masuknya komoditas pangan impor tidak merugikan petani," sambungnya.

Laporan World Food Programme mencatat bahwa harga pangan dunia turun sebesar 4,3% di antara Februari dan Maret 2020 akibat adanya penurunan permintaan karena pandemi virus corona (COVID-19).

Meski begitu, harga beras justru tercatat mengalami kenaikan dikarenakan adanya stockpiling behavior yang dilakukan oleh masing-masing BUMN pangan negara-negara dunia dan karena adanya penutupan ekspor untuk memenuhi produksi domestik terlebih dahulu.

Tindakan inilah yang kemudian menyebabkan adanya ketidakseimbangan supply dan demand. Negara-negara berusaha mengamankan ketersediaan pangan dalam negeri dengan tidak melakukan ekspor dan tertutup pada impor.

Sempat turun, Food and Agriculture Organization (FAO) kemudian mencatat bahwa harga komoditas pangan di tingkat internasional mulai kembali mengalami kenaikan sejak Mei hingga November 2020.

Data The FAO Food Price Index (FFPI) di bulan Oktober 2020 berada di angka rata-rata 100,9, tertinggi sejak Januari 2020 dan mengalami kenaikan sebesar 3,1% dari bulan September dan 6% lebih tinggi dari bulan Oktober tahun 2019 lalu.

Kenaikan banyak disumbang oleh komoditas gula, sereal, dan minyak nabati. Kenaikan harga pangan di tingkat internasional dapat pula berpengaruh pada harga dalam negeri.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kalau ketersediaan stok sudah tidak mencukupi dan harga-harga sudah mulai naik, mempertimbangkan stok negara yang berada di luar negeri atau impor dapat menjadi salah satu akses untuk menyediakan komoditas pangan yang tidak kalah berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Seperti contohnya bawang putih yang sudah pasti membutuhkan impor, perlu dipermudah akses dan syaratsyarat impornya. Ketahanan pangan dalam negeri penting untuk dijaga dengan pemenuhan pangan yang tersedia dan terjangkau

KEYWORD :

Harga Pangan Tahun 2020 Idul Fitri Galuh Octania Pangan Impor




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :