Kamis, 18/04/2024 12:56 WIB

Indonesia Butuh Peran dan Solusi Pakar untuk Wujudkan Pertanian Berkelanjutan

Indonesia sebagai negara tropis yang wilayahnya sebagian besar berombak hingga bergunung juga mengalami laju degradasi lahan yang tinggi. 

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bersama Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko panen raya padi di Desa Curug Kecematan Klari Kabupaten Karawang , Kamis (7/11).

Jakarta, Jurnas.com - Peran para peneliti dan pakar dalam bidang tanah, lahan dan iklim sangat penting dalam rangka merumuskan kebijakan pembangunan pertanian Indonesia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Demikian kata Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo dalam pembukaan Seminar Internasional Pengelolaan Lahan Tropis yang Berkelanjutan 2020 yang digelar secara virtual, Rabu, (16/9).

"Dunia mengalami degradasi lahan dan terkena dampak perubahan iklim sehingga butuh solusi dari para pakar agar pertanian tetap tangguh," kata matan Gubernur Sulawesi Selatan itu.

Menurut Syahrul, para pakar pertanian juga patut berbangga dan bersyukur karena sektor pertanian telah membuktikan lebih tangguh di tengah gempuran pandemi virus corna (COVID-19).

"Banyak negara masuk ke jurang resesi yang dalam. Perekonomian Indonesia juga ikut melemah, tetapi sektor pertanian tetap mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 2,19%," kata Syahrul.

Para pakar dibutuhkan karena sejumlah tantangan masih dihadapi Indonesia. Sebut saja perubahan iklim telah meningkatkan ketidakpastian prediksi iklim dan curah hujan yang berdampak pada perubahan waktu tanam.

Demikian pula meningkatnya permukaan air laut telah menyebabkan resiko salinitas tanah meningkat. Beberapa daerah melaporkan peningkatan banjir rob dan penyempitan garis pantai. "Indonesia membutuhkan kontribusi dari para pakar untuk mengatasi persoalan tersebut," kata Syahrul.

Indonesia sebagai negara tropis yang wilayahnya sebagian besar berombak hingga bergunung juga mengalami laju degradasi lahan yang tinggi. "Curah hujan dan suhu tinggi menyebabkan proses erosi, dekomposisi, pelapukan dan pemasaman tanah berjalan sangat cepat," kata Syahrul.

Bahkan penggunaan pupuk anorganik secara massif dan intensif sejak revolusi hijau ternyata bukan tindakan solutif. Kandungan bahan organik di dalam tanah cepat terkuras, menyebabkan tanah menjadi keras, akar sulit bernafas, biji sulit menjadi bernas.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry mengakui persoalan pertanian tropis hanya dapat diatasi dengan inovasi teknologi dari para pakar dan praktisi yang bergelut langsung di lapangan.

"Praktisi pertanian dapat memberikan umpan balik agar inovasi teknologi para pakar sesuai dengan kebutuhan pertanian tropis," kata Fadjry.

President of The International Union of Soil Sciences dari Jepang, Takashi Kosaki mengatakan, kesadaran masyarakat atas pentingnya tanah dalam menopang pertanian dan lingkungan yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan mengenalkan tanah kepada anak usia dini di sekolah dasar.

"Sampaikan kepada anak-anak dengan bahasa dan percobaan sederhana," kata Takashi.

Takashi memberi contoh bahwa anak-anak dapat dikenalkan tanah dapat menyerap polusi lingkungan. "Caranya sederhana, tunjukkan tanah dapat menyerap warna tinta atau bau di sekolah," kata Takashi.

Sekadar diketahui, konferensi tersebut akan berlangsung selama 3 hari, sejak Rabu-Jum`at, 16-18 September 2020. Even ini akan menjadi agenda dua tahunan para pakar ilmu tanah, lahan, dan iklim.

KEYWORD :

Pertanian Berkelanjutan Pakar Pertanian Pakar Tanah Sahrul Yasin Limpo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :