Sabtu, 27/04/2024 12:04 WIB

Kasus Virus Corona Meningkat, Partai Oposisi Minta Pemilu Myanmar Ditunda

Lonjakan tajam terjadi ketika Myanmar bersiap untuk mengadakan pemilihan nasional pada 8 November, dengan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi diperkirakan akan kembali berkuasa.

Aung San Suu Kyi mengambil kendali pada tahun 2016 setelah pemilihan umum, tetapi dipaksa untuk berbagi kekuasaan dengan para jenderal. (AFP)

Yangon, Jurnas.com - Partai oposisi di Myanmar menyerukan agar pemilihan umum yang digelar pada November ditunda di tengah lonjakan kasus virus corona baru (COVID-19).

Dilansir dari Channelnewsasia, beberapa pekan terakhir infeksi baru terus melonjak. Sementara itu, rumah sakit di kota terbesar, Yangon, kewalahan di negara dengan salah satu sistem perawatan kesehatan termiskin di dunia.

Lonjakan tajam terjadi ketika Myanmar bersiap untuk mengadakan pemilihan nasional pada 8 November, dengan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi diperkirakan akan kembali berkuasa.

Kepala Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang berpihak pada militer, Than Htay, mengatakan kepada AFP sangat prihatin tentang pemungutan suara selama pandemi.

"Pemerintah seharusnya tidak mengorbankan rakyat. Jika tidak cocok untuk menyelenggarakan pemilu, tunda saja!" tegasnya.

Dalam sebuah unggahan di Facebook, Partai Perintis Rakyat juga mendesak penundaan untuk memungkinkan pemungutan suara diadakan secara adil dan tanpa kekacauan.

Media lokal mengatakan setidaknya tiga pihak lain menggemakan seruan tersebut.

Sejauh ini, pusat komersial Yangon, ibu kota Naypyidaw, dan negara bagian Rakhine yang dilanda konflik semuanya diisolasi, sementara penerbangan domestik dan rute bus jarak jauh telah dihentikan.

Sementara itu negara tetangganya, seperti China dan Thailand meningkatkan keamanan di perbatasan bersama untuk mencoba menghalangi penyebaran wabah.

 

Negara Asia Tenggara berpenduduk sekitar 55 juta itu telah berhasil mengatasi epidemi dengan relatif baik hingga akhir Agustus, dengan jumlah kasus di bawah 400 dan hanya enam kematian.

Namun dalam waktu kurang dari empat minggu, infeksi terus menyebar, melonjak menjadi 3.299 kasus dan 32 kematian pada Selasa (15/9).

Titik api COVID-19 adalah Yangon, kota metropolis padat lebih dari 7 juta, dan negara bagian Rakhine barat laut, tempat pertempuran antara militer dan pemberontak bersenjata telah memaksa sekitar 150.000 orang meninggalkan rumah mereka.

Para pejabat berebut untuk menyediakan fasilitas kesehatan tambahan di Yangon, menciptakan dua rumah sakit tenda dengan ratusan tempat tidur tambahan.

Beberapa anggota kantor Aung San Suu Kyi telah dites positif, tetapi pemerintah mengkonfirmasi Selasa bahwa pemimpin itu dalam kesehatan yang baik.

Setelah mendeteksi beberapa kasus baru di kota perbatasan Ruili yang berbatasan dengan Myanmar, China mengumumkan penguncian yang cepat pada Selasa (15/9). Pejabat lokal mengatakan akan menindak imigran ilegal dan berjanji untuk menguji 210.000 penduduk.

Thailand juga meningkatkan kehadiran militernya di perbatasan Thailand-Myanmar. "Kami meningkatkan patroli awal bulan ini," kata komandan lokal Kolonel Suwat Thongbai kepada AFP.

KEYWORD :

Virus Corona Pemilu Myanmar Aung San Suu Kyi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :