Jum'at, 26/04/2024 12:32 WIB

Perkuat Reka Cipta, Ditjen Dikti Libatkan Diaspora

Menurut Dirjen Dikti Kemdikbud, Nizam, dukungan diaspora untuk mengalirkan simpul potensi karya reka cipta di berbagai belahan dunia serta transfer pengetahuan (knowledge), akan berdampak baik pada kedaulatan teknologi serta pondasi ekonomi nasional.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melibatkan diaspora Indonesia di luar negeri, untuk memperkuat ekosistem reka cipta.

Menurut Dirjen Dikti Kemdikbud, Nizam, dukungan diaspora untuk mengalirkan simpul potensi karya reka cipta di berbagai belahan dunia serta transfer pengetahuan (knowledge), akan berdampak baik pada kedaulatan teknologi serta pondasi ekonomi nasional.

"Ide dan pengalaman diaspora di berbagai negara, harapannya mampu di adaptasikan di dalam negeri," kata Nizam dalam kegiatan webinar internasional, yang diselenggarakan oleh Tim Kerja Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti pada Minggu (13/9) kemarin.

Webinar bertajuk `Gotong Royong dan Sinergi Diaspora melalui Penelitian dan Reka Cipta dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19 di Indonesia` ini dihadiri lebih dari 400 peserta, yang terdiri dari kalangan akademisi, peneliti, serta mahasiswa.

Nizam mengatakan saat ini pihaknya sedang menyiapkan Nizam Kedai Reka, yang merupakan sinergi penta helix untuk membangun sumber daya manusia unggul sehingga dapat membawa karya reka cipta ke industri dan masyarakat.

Kedai Reka yang menjadi implementasi Kampus Merdeka Merdeka Belajar, kata Nizam, dapat menghilirkan karya dari sebuah prototype menjadi produk yang bermanfaat. Karenanya, optimisme dalam estafet panjang ini harus menjadi landasan.

"Kita wujudkan bersama Kampus Merdeka Indonesia Jaya dengan semangat gotong royong, layaknya angsa yang terbang berdampingan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama," ujar dia.

Sementara itu, Sesditjen Dikti Kemdikbud Paristiyanti Nurwardani menambahkan ekosistem reka cipta melalui platform Kedai Reka diharapkan menjadi sarana untuk melakukan bentuk ekspresi Tridarma perguruan tinggi, dan menjadi bagian dari kebijakan Kampus Merdeka.

Sehingga, ke depannya berbagai karya penelitian para inovator perguruan tinggi tidak hanya selesai di laboratorium atau publikasi, melainkan menjadi karya reka cipta yang bermanfaat selama situasi dan pasca pandemi Covid-19.

"Kami sangat siap dan membuka kesempatan yang begitu luas bagi diaspora untuk berkontribusi bersama dalam platform ini," kata Paris dalam kesempatan yang sama.

Junior Research Group Leader Technische Universitat Braunschweig Jerman Hutomo Suryo Wasisto menyebut dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini, ilmu pengetahuan untuk ekonomi sangat dibutuhkan dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi agar kembali kokoh.

"Pada implementasinya aktivitas penelitian di Jerman juga belum sempurna dalam hal research facility. Namun, hal tersebut dapat terjawab dengan kolaborasi yang menjadi kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem reka cipta," papar Hutomo.

Di antaranya, kata Hutomo, sinergi diaspora bersama LENA (Laboratory for Emerging Nanometrology) Jerman dalam membangun IG-NANO (Indonesian-German Center for Nano and Quantum Technologies).

"Begitupun research collaboration kami lakukan dengan LIPI dan perguruan tinggi dalam negeri seperti ITB, ITS, dan UGM," papar dia.

Professor of Information System Departement of Management Science Lancaster University Inggris Juliana Sutanto memaparkan bahwa dalam proses penelitian harus melibatkan stakeholder terkait.

Alasannya, karena kerap kali muncul permasalahan yang tidak dipahami oleh peneliti, dan hanya diketahui oleh stakeholder yang bersangkutan. Begitupun dengan fokus riset yang harus dapaat menyasar pada dampak yang dihasilkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

"Maka dari itu Indonesia sebagai negara berkembang sebaiknya memfokuskan pada frugal and reserve innovation, bukan pada conventional innovation yang telah banyak dilakukan oleh negara maju," jelas Juliana.

Selanjutnya, Project Assistant Professor National Taiwan University of Science and Technology Iman Adipurnama mengatakan bahwa Taiwan memiliki platform bernama GLORIA (Global Research and Industry Alliance), yang memiliki kemiripan dengan platform Kedai Reka yang sedang digagas Ditjen Dikti. Gloria merupakan ekosistem reka cipta yang dikembangkan oleh Kementerian Riset Taiwan.

Dalam proses implementasinya pemerintah Taiwan juga memiliki enam pilar strategi industri yang berhasil menekan 1,5 persen pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama.

Keenam pilar tersebut di antaranya adalah mengembangkan industri digital informasi, cyber security, medis dan bioteknologi, pertahanan nasional, energi hijau terbarukan, dan stockpile industries.

"Global market, permintaan industri, dan talenta kampus menjadi kunci keberhasilan Gloria sebagai ekosistem reka cipta di Taiwan yang mana memiliki keterkaitan dengan visi Kampus Merdeka Kemdikbud RI," terang Iman.

KEYWORD :

Kedai Reka Penta Helix Ditjen Dikti Nizam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :