Kamis, 25/04/2024 11:07 WIB

Ditjen PKH Minta Pusvetma Lakukan Terobosan di Industri Obat Hewan

Pusvetma menjadi pioner produsen vaksin hewan pertama di Indonesia milik pemerintah.

Nasrullah berfoto bersama mantan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) yang semula dijabat I Ketut Diarmita di Jakarta, Kamis (6/8).

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah meminta  Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) melakukan terobosan dan inovasi di industri obat hewan di Indonesia

"Saat ini sudah banyak produsen vaksin swasta yang merupakan bagian dari produsen vaksin global," ujar Nasrullah saat melakukan kunjungan ke Pusvetma awal pekan ini.

"Agar Pusvetma bisa tetap eksis maka harus segera melakukan perubahan sehingga bisa menghasilkan produk yang lebih bervariatif dan berkualitas sesuai kebutuhan di lapangan serta harga yang kompetitif," ujar Nasrullah.

Ia menambahkan, Pusvetma harus mulai menjalin kerja sama bukan hanya dengan para pakar teknis di bidang kesehatan hewan tetapi dengan pakar di bidang pemasaran yang mampu meningkatkan kemampuan promosi dan penjualan produk Pusvetma ke depan.

Nasrullah juga meninjau gedung fasilitas produksi yang dimiliki Pusvetma. Beberapa gedung laboratorium yang ditinjau antara lain gedung produksi E yang juga terdapat laboratorium yang didedikasikan untuk pengembangan vaksin African Swine Fever (ASF), laboratorium zoonosis.

Laboratorium Pusvetma mendapatkan akreditasi ISO 17025:2017 dan proses produksi di Pusvetma telah memenuhi persyaratan CPOHB. Di laboratorium Pusvetma, diberlakukan persyaratan dan standar tetap sehingga siapapun yang memasuki lab harus mengikuti ketentuan yang ada.

Misalnya, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) standar yaitu jas lab, masker, sarung tangan, penutup kepala hingga alas kaki khusus laboratorium. Kecuali memasuki laboratorium zoononis, maka wajib mengenakan APD lengkap tertutup mulai ujung kaki hingga ujung kepala lengkap dengan kacamata google.

Proses produksi di Pusvetma menggunakan skala laboratorium maupun skala produksi yang lebih besar dengan menggunakan mesin-mesin berteknologi.

"Peralatan dan teknologi di Pusvetma tidak kalah canggih dengan swasta. Produk Pusvetma harus bisa menjadi produsen vaksin dan bersaing dengan produsen vaksin milik swasta" ujar Nasrullah.

Nasrullah kemudian melanjutkan peninjauan ke Pusvetma corner. Terdapat layar lebar berteknologi CCTV online terpampang di Pusvetma corner. Lengkap dengan monitor informasi ruang diorama serta alat VR (virtual reality) dimana pengunjunf dapat melihat ruang laboratorium 360 derajat hanya dengan melihat dari karena VR.

Diakhir kunjungannya, Nasrullah berpesan kepada Kepala Pusvetma dan seluruh pegawai, bahwa Pusvetma harus menjadi BLU terbaik di Indonesia untuk pembangunan peternakan nasional. Pesan ini dituangkan dalam sebuah tulisan tangan yang diberikan ke Pusvetma.

"Pusvetma pasti bisa. Tentunya pesan ini harus menjadi penyemangat tersendiri bagi Kapusvetma dan seluruh jajarannya untuk makin meningkatkan kinerja di Pusvetma," tutur Nasrullah.

Kepala Pusvetma, Agung Suganda mengatakan, sebagai Satker dengan predikat Badan Layanan umum (BLU), kinerja serta pelayanan menjadi prioritas Pusvetma. "Arahan beliau menjadi semangat buat kami dalam peningkatan kinerja di Pusvetma," ujar Agung Suganda.

Sebagai informasi, Pusvetma menjadi pioner produsen vaksin hewan pertama di Indonesia milik pemerintah. Sebagai satker atau UPT di bawah Ditjen PKH Kementan, Pusvetma turut membantu program pemerintah dalam upaya pembangunan peternakan di Indonesia.

Produk-produk yang dihasilkan Pusvetma antara lain, vaksin, antigen, antisera dan bahan biologik lainnya. Pusvetma berkomitmen meningkatkan kualitas menjadi produsen vaksin dengan produk bermutu untuk bangsa.

Dalam tim pengembangan vaksin ASF, sesuai SK Dirjen PKH, Pusvetma juga telah ditunjuk sebagai pelaksana dan dengan para tim pakar.

Terobosan-terobosan yang akan dilalukan Pusvetma nantinya sejalan dengan program Kementan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Karena itu, terobosan yang saat ini dilakukan adalah bagaimana agar vaksin Pusvetma bisa menembus pasar ekspor khususnya negara-negara tetangga.

"Hal ini akan sejalan dengan program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan oleh Kementan. Maka kami akan terus mendukung," tutur Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo ditempat terpisah.

KEYWORD :

Ditjen PKH Nasrullah Pusat Veteriner Farma Inovasi Industri Obat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :