Kamis, 25/04/2024 14:52 WIB

Tujuh Program Kemitraan Genjot "Nikah Massal" Vokasi-Industri

Ketujuh program ini masih merupakan bagian dari upaya pernikahan massal vokasi dan industri, yang berfokus pada penguatan kemitraan serta penyelarasan keduanya, dengan memberikan ruang-ruang interaksi antara PTV dengan Iduka.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud Wikan Dapat info (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), meluncurkan tujuh program kemitraan perguruan tinggi vokasi (PTV) dengan industri, dunia usaha dan dunia kerja (Iduka) pada Senin (10/8).

Ketujuh program ini masih merupakan bagian dari upaya pernikahan massal vokasi dan industri, yang berfokus pada penguatan kemitraan serta penyelarasan keduanya, dengan memberikan ruang-ruang interaksi antara PTV dengan Iduka.

Adapun ketujuh program tersebut ialah:

1. Program Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan Iduka;
2. Program Pengembangan Penilaian Mutu Pendidikan tinggi Vokasi Berstandar Iduka;
3. Program Penguatan dan Pengembangkan Pusat Karier di Perguruan Tinggi Vokasi;
4. Program Penguatan Perguruan Tinggi Vokasi dalam Melaksanakan Rekognisi Pembelajaran Lampau di Bidang Prioritas;
5. Program Penguatan Humas Kemitraan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja;
6. Program Penyelarasan Kurikulum dan Sarana Prasarana Pendidikan Vokasi dengan Iduka; dan
7. Program Kampus Pendamping Kemitraan

"Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) meluncurkan tujuh program kemitraan, namun secara keseluruhan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki sekitar 40 program dengan alokasi anggaran mencapai Rp3,5 triliun," terang Dirjen Diksi Kemdikbud, Wikan Sakarinto.

Wikan menyebut, selain industri besar, pihaknya juga mendorong kerja sama PTV dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama dalam pengembangan produk serta transfer ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tak hanya itu, peningkatan kapasitas SDM internal pendidikan tinggi vokasi juga diupayakan melalui program Penguatan Humas Kemitraan Industri Dunia Usaha dan Dunia Kerja serta Program Penguatan dan Pengembangkan Pusat Karier di Perguruan Tinggi Vokasi.

Program-program tersebut diharapkan dapat menyukseskan "Pernikahan Massal" yang sebelumnya sudah digagas oleh Kemdikbud.

Dikatakan, kemitraan PTV dengan Iduka sendiri bukan merupakan hal baru lantaran selama ini sudah banyak pola kemitraan yang telah terjalin dengan harmonis.

Wikan menambahkan, dalam paket "Pernikahan Massal" pendidikan vokasi dengan Iduka, penyelarasan kurikulum menjadi poin yang paling penting. Kurikulum harus menjamin agar lulusan vokasi ketika menamatkan studi sudah memiliki budaya kerja yang baik dan profesional.

"Kurikulum itu jangan sekadar hard skill, tetapi soft skill seperti attitude juga diperlukan," tegasnya.

Praktik baik kemitraan PTV dan Iduka telah dijalankan oleh Politeknik Negeri Madiun dengan PT INKA sejak beberapa waktu lalu.

Direktur Pengembangan PT INKA, Agung Sedaju menjelaskan, link and match pendidikan vokasi sangat penting bagi industri. Pasalnya, masih banyak lulusan vokasi yang hanya memahami teori, namun belum memahami implementasi di dunia kerja.

"Pendidikan vokasi di Indonesia ini belum memenuhi standar dari apa yang dibutuhkan oleh dunia industri, sehingga lulusannya nanti masih perlu kami ajari lagi. Sedangkan kami membutuhkan lulusan yang sudah siap untuk bekerja, baik paham secara teori maupun praktik langsung," ucap Agung.

Sejumlah tantangan yang memicu terjadinya kesenjangan antara pendidikan vokasi dengan industri adalah perubahan yang pesat di industri pada empat lini, meliputi kemudahan, kecepatan, kemurahan biaya, serta fleksibilitas.

Artinya pendidikan vokasi harus melahirkan SDM yang mumpuni untuk dapar mengejar perubahan-perubahan tersebut.

Sementara Direktur Politeknik Negeri Madiun, Muhammad Fajar Subkhan mengatakan, kerja sama yang telah dibangun dengan PT INKA telah mengusung konsep kemitraan yang berkelanjutan. Bahkan, sudah ada kelas khusus yang dibangun bersama PT INKA.

Kendati demikian, Fajar mengakui bahwa tidak mungkin semua lulusan Politeknik Negeri Madiun dapat terserap di PT INKA.

"Kurikulum yang dikembangkan tentu tidak semuanya spesifik pada perkeretaapian. Kami menyiapkan kompetensi mahasiswa agar dapat bekerja di berbagai industri. Tidak hanya pada hard skill, tetapi juga membekali kemampuan soft skill," tandas Fajar.

KEYWORD :

Pernikahan Massal Kemdikbud Wikan Sakarinto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :