Sabtu, 20/04/2024 00:01 WIB

Efektivitas Stoking Kompresi untuk Cegah Limfedema

Menurut dr. Bayu Brahma dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, terapi kompresi lengan dapat menjadi bagian dari terapi dekongestif lengkap, maupun terapi tunggal. 

Ilustrasi limfedema (Foto: Hai Bunda)

Jakarta, Jurnas.com - Bagi penderita limfedema, istilah terapi kompresi sudah bukan merupakan hal yang baru. Menurut dr. Bayu Brahma dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, terapi kompresi lengan dapat menjadi bagian dari terapi dekongestif lengkap, maupun terapi tunggal. Akan tetapi, berbagai panduan yang ada merekomendasikan terapi dekongestif lengkap.

"Tujuan dari terapi kompresi adalah untuk memberikan tekanan pada jaringan dan meningkatkan kontraksi otot sehingga meningkatkan aliran kelenjar getah bening/limfatik. Terapi ini terbagi 2 fase yaitu, fase dekongestif dan fase pemeliharaan," kata dr. Bayu.

Dokter yang pernah mengenyam pendidikan khusus bedah supermikro pada limfedema di National Center for Global Health and Medicine Hospital, Tokyo, Jepang ini menjelaskan pada fase dekongestif, terapi kompresi dilakukan dengan menggunakan elastik verban yang digunakan sepanjang hari.

"Lama fase dekongestif bergantung pada respon terhadap terapi. Setelah fase dekongestif, dilanjutkan dengan fase pemeliharaan yang umumnya menggunakan compression garment/stocking yang dipakai rutin terutama saat melakukan aktivitas sehari-hari," lanjut dr. Bayu seraya mengimbau agar pasien berkonsultasi pada dokter bedah onkologi atau dokter rehabilitasi medis sebelum memulai terapi kompresi.

Penanganan limfedema bersifat individual dan bergantung pada tingkat keparahan serta respon terhadap terapi yang telah diberikan. Pada fase pemeliharaan, tambah dr. Bayu, sebaiknya stocking tetap digunakan saat melakukan aktivitas.

Sementara pada stadium awal, ujar dr. Bayu, penanganan limfedema dapat dengan terapi konservatif atau pembedahan mikro/supermikro.

"Saat ini berbagai penelitian yang ada lebih difokuskan pada efektivitas penggunaan stocking sebagai penanganan limfedema. Apabila belum terjadi limfedema, penggunaan stoking mungkin belum diperlukan," imbuhnya.

Melalui paparannya pada virtual webinar kanker payudara yang diselenggarakan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), dr Bayu membawa angin segar pembedahan mikro dengan pintas limfatik-vena (LVA).

"Ini merupakan harapan baru bagi penanganan dan pencegahan progresivitas limfedema, tapi tetap mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu lakukan upaya pencegahan di antaranya dengan menjaga berat badan ideal, menghindari hal–hal yang dapat memicu infeksi, tetap melakukan aktivitas fisik secara bertahap dan jangan tunda periksakan ke dokter jika terasa sakit," tandas dr. Bayu.

KEYWORD :

Limfedema Kanker Payudara Stoking Kompresi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :