Rabu, 24/04/2024 14:48 WIB

NASA Ungkap Rahasia Terbaru Matahari, Ilmuwan Kaget

Pesawat milik NASA, Parker Solar Probe yang selamat saat berada di jarak terdekat dengan Matahari, mengungkapkan

Pesawat NASA mendekati permukaan matahari (Foto: NASA)

Paris, Jurnas.com - Pesawat milik NASA, Parker Solar Probe yang selamat saat berada di jarak terdekat dengan Matahari, mengungkapkan "data spektakuler" pada korona, tepi luar super panas atmosfernya.

Probe berukuran mobil, diluncurkan pada Agustus tahun lalu, akan datang dalam jarak 6 juta kilometer dari permukaan matahari selama tujuh tahun.

Diharapkan itu akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang angin matahari dan badai elektromagnetik, yang dapat menyebabkan kekacauan di Bumi dengan merobohkan jaringan listrik.

Salah satu teka-teki menyangkut korona itu sendiri yakni memiliki suhu 1 juta derajat Celcius, jauh lebih panas dari permukaan matahari sebesar 6.000 derajat Celcius.

"Jadi korona menemukan cara untuk memanaskan. Kami melihat proses fisik yang memungkinkan itu terjadi," kata Alexis Rouillard di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS) Prancis dan salah satu penulis dari empat laporan penyelidikan. Temuan awal yang diterbitkan dalam jurnal Nature dikutip dari CNA pada Kamis (5/12).

"Bahkan dengan hanya orbit-orbit pertama ini, kami telah dikejutkan oleh betapa berbedanya korona ketika diamati dari dekat," lanjut Justin Kasper, seorang profesor ilmu dan teknik iklim dan ruang angkasa di University of Michigan.

Sebuah ringkasan dari University of Michigan mencatat, osilasi dalam medan magnet Matahari mungkin telah menyebabkan korona memanas, dan berharap mendapatkan data untuk mengonfirmasi hal itu.

Sebagai gantinya, mereka melaporkan gelombang magnet `nakal` yang jauh lebih kuat, cukup kuat untuk mengubah arah medan magnet sepenuhnya yang mungkin menjadi sumber energi bagi korona.

Para ilmuwan juga terkejut dengan apa yang mereka temukan tentang percepatan angin matahari, aliran keluar proton, elektron, dan partikel lain yang berasal dari Matahari.

Diketahui bahwa semakin dekat, medan magnet Matahari menarik angin ini ke arah yang sama dengan rotasi, sehingga tim mengharapkan efek ini akan melemah lebih jauh.

"Sangat mengejutkan kami, ketika kami mendekati Matahari, kami telah mendeteksi aliran rotasi besar - 10 hingga 20 kali lebih besar dari yang diprediksi oleh model standar Matahari," kata Kasper.

"Jadi kita kehilangan sesuatu yang mendasar tentang Matahari dan bagaimana angin matahari lolos."

"Ini memiliki implikasi besar. Perkiraan cuaca ruang angkasa perlu memperhitungkan arus ini jika kita akan dapat memprediksi apakah ejeksi massa koronal akan menghantam Bumi, atau astronot yang menuju ke Bulan atau Mars," tambahnya.

Stuart Bale, profesor fisika di University of California Berkeley, menerangkan bahwa "peristiwa cuaca luar angkasa utama" pada 1859 meledakkan jaringan telegraf di Bumi, dan satu pada 1972 memicu ranjau laut AS di Vietnam Utara.

Dengan masyarakat sekarang bahkan lebih tergantung pada teknologi canggih, "gangguan besar dari matahari berpotensi menjadi hal yang sangat serius," kata Bale.

"Jika kita dapat memprediksi cuaca luar angkasa, kita bisa mematikan atau mengisolasi bagian dari jaringan listrik, atau mematikan sistem satelit yang mungkin rentan."

KEYWORD :

Matahari NASA Korona




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :