Jum'at, 19/04/2024 23:44 WIB

Setahun Insiden Lion Air JT610, Begini Nasib Boeing 737 MAX

Seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 189 orang dinyatakan tewas, setelah pesawat Boeing 737 MAX itu menghantam laut.

Pemeriksaan Puing-puing Lion Air JT610 yang hancur di Perairan Karawang, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, Jurnas.com - Tepat hari ini satu tahun lalu, 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, hanya beberapa menit pasca lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten.

Seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 189 orang dinyatakan tewas, setelah pesawat Boeing 737 MAX itu menghantam laut.

Publik serta-merta menyalahkan pilot yang dianggap tidak mampu menguasai pesawat terbaru Boeing tersebut. Namun penyelidikan lebih lanjut menemukan, terdapat sembilan faktor menyebabkan Lion Air JT610 jatuh, termasuk buruknya rancangan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS).

"Sistem ini terhubung satu sama lain. Jika saja kerusakan itu tidak terjadi, maka kecelakaan itu tidak mungkin terjadi," kata anggota Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo Utomo.

Rupanya, buruknya MCAS tidak hanya mengorbankan Lion Air JT 610. Beberapa bulan setelahnya, sistem tersebut juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, yang menewaskan 149 orang.

Dikutip dari AFP pada Selasa (29/10), pasca dua kejadian yang merenggut ratusan korban jiwa itu, Boeing 737 MAX akhirnya dilarang terbang di seluruh dunia.

Dan selama proses penyelidikan, banyak pihak mempertanyakan apakah Boeing meluncurkan 737 MAX sebagai jalan pintas, untuk bersaing dengan kompetitornya, Airbus.

Sebab, Boeing pernah meyakinkan maskapai bahwa pilot yang terbiasa dengan model 737 sebelumnya, tidak perlu pelatihan tambahan untuk menerbangkan MAX yang memiliki sistem MCAS.

Bahkan, untuk memuluskan penjualannya, Boeing memberikan potongan harga sebesar US$1 juta kepada Southwest Airlines per pesawat, jika membutuhkan pelatihan simulator bagi pilot.

Adapun setelah serangkaian tes simulator, pilot Boeing Mark Forkner menegaskan kepada regulator penerbangan internasional (FAA), bahwa MCAS hanya akan diaktifkan dalam kasus darurat.

Tapi tepat sebelum dilakukan sertifikasi terhadap MAX, Forkner mengungkapkan kepada koleganya, bahwa MCAS beroperasi secara tidak terduga selama tes simulator menurut laporan komite Kongres AS.

"Jadi saya pada dasarnya berbohong kepada regulator," ujar Forkner.

KEYWORD :

Lion Air JT610 Boeing 737 MAX




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :