Kamis, 25/04/2024 16:04 WIB

Pola Makan Anak Picu Angka Stunting Tinggi

Penelitian menyebutkan, balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta kasus kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun. 

ilustrasi komposisi makanan sehat.(Foto : sulieknek.lt)

Jurnas.com - Pada usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta lebih mengekspresikan emosinya.

Bentuk luapan emosi yang biasa terjadi adalah menangis atau menjerit saat anak tidak merasa nyaman. Sifat perkembangan yang terbentuk ini dapat mempengaruhi pola makan anak.

Hal tersebut menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu pemilih, misalnya cenderung menyukai makanan ringan, sehingga menjadi kenyang dan menolak makan saat waktu jam makan.

Anak juga sering rewel dan memilih bermain saat orangtua menyuapi makanan. Anak akan mengalami kesulitan makan jika tidak segera diatasi. Proses pembelajaran makan yang baik sangat penting bagi anak di fase usia prasekolah agar ia tumbuh sehat dan cerdas.

Angka kejadian masalah kesulitan makan di beberapa negara cukup tinggi. Sebuah penelitian oleh The Gateshead Millenium Baby Study pada tahun 2006 di Inggris menyebutkan, 20 persen orangtua mengatakan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi anak hanya mau makan makanan tertentu.

Survei lain di Amerika Serikat tahun 2004 menyebutkan 19-50 persen orangtua mengeluhkan anaknya sangat pemilih dalam makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu.

Penelitian yang dilakukan Sudibyo Supardi  di National Institute of Health Researchand Development terhadap anak prasekolah di Jakarta  tahun 2015 menunjukkan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6 persen.

Adapun 44,5 persen di antaranya menderita malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2 persen dari subjek penelitian telah mengalami kesulitan makan lebih dari 3 bulan. Kelompok usia terbanyak mengalami kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun (58 persen). Sebanyak 43 persen anak yang mengalami kesulitan makan mengalami gizi buruk.

Sementara itu, masih merujuk studi Sudibyo,  kebanyakan kasus sulit makan berupa menghabiskan makanan kurang dari sepertiga porsi (27,5 persen), menolak makan (24,8 persen), anak rewel dan merasa tidak senang atau marah (22,9 persen), hanya menyukai satu jenis makanan (7,3 persen), hanya mau minum susu (18,3 perseb), memerlukan waktu > 1 jam untuk makan (19,3 persen), dan mengemut (15,6 persen).

Adapun sebanyak 50 persen anak yang mengalami susah makan memiliki keluhan gangguan kenaikan berat badan, 22 persen rewel, 12 persen nyeri epigastrium, 10 persen backarching, dan 6 persen nyeri menelan serta sering muntah.

Kondisi anak pilih-pilih makanan seperti itu dikenal dengan istilah pickyeater. Pickyeater bisa menjadi gejala yang merugikan kesehatan anak apabila tidak segera diatasi. Pickyeater bisa membuat anak kekurangan asupan gizi yang selanjutnya menyebabkan anak mengalami gizi buruk.

Menurut sensus yang dilakukan World HealthOrganization (WHO) diketahui bahwa 42 persen dari 15,7 juta kematian anak di bawah 5 tahun terjadi di negara berkembang dan sebagian besar disebabkan gizi buruk.

Dari data tersebut sebanyak 84 persen kasus kekurangan gizi anak usia di bawah lima tahun (balita) terjadi di Asia dan Afrika. Sedangkan di Indonesia, tahun 2012, terdapat sekitar 53 persen anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari (Depkes, 2012). Kondisi ini menyebabkan banyak anak Indonesia mengalami stunting.

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6 persen di atas batasan yang ditetapkan WHO (20 persen).

Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan, balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15 persen) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun. 

KEYWORD :

Anak Stunting Picky Eater Pola Makan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :