Sabtu, 20/04/2024 08:52 WIB

Neni Ismail, Merajut Payudara Artifisial untuk Para Penyintas

Ternyata gaya hidup sehat saja tak cukup bisa mencegah sel kanker payudara dalam diri Neni Ismail.

Kesukaan Neni Ismail merajut memberikan manfaat bagi sesama para penyintas kanker payudara (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Bagi Neni Ismail, jalan hidup menjadi penyintas kanker payudara adalah satu bagian perjalanannya. Neni yang ditemui Jurnas.com saat menghadiri Temu Penyintas Kanker Payudara yang dihelat YKPI beberapa waktu lalu mengatakan ia telah menjalani pola hidup sehat.

Namun siapa sangka, jika Neni akan mengalaminya. Semua bermula dari payudaranya yang ketika disentuh terasa seperti kesetrum sedikit. "lama-lama intensitas dekat dan semakin merasa. Seperti setrum tapi tidak mengganggu, akhirnya raba di daerah situ. Tapi karena awam, saya tidak merasakan apa-apa,"lanjutnya.

Lalu pada bulan Februari mulai merasa, setrum semakin sering dan cuma di satu titik. Diraba tidak merasa apa-apa. Waktu periksa di Puskesmas diajari, angkat tangan, dan diraba ada benjolan sebesar 2-3,5 cm, letaknya agak di dalam.

Untuk memastikan akhirnya dirujuk ke dokter bedah yang menyarankan diangkat saja, di-biopsi eksisi. Akhirnya diangkat februari, saat itu hasil Patologi Anatomi PA lama banget keluarnya. "Saya pikir RS bermasalah, begitu keluar hasil PA tulisan curiga ganas," ucapnya.

Kemudian keluar IHK dan dua minggu setelah keluar PA dua minggu keluar IHK, keluar karsinoma, jenisnya berapa positif berapa persen, KI 67, lalu dirujuk ke RS Dharmais ke Dokter Walta.

"Hasil IHK harus diangkat seluruh payudara saya karena ada tulisan tepian tidak bersih dianggap ada sisa sel kankernya," ucapnya.

Pada proses itu, dikasih pilihan mau diangkat lebih besar tidak seluruhnya atau diambil seluruhnya. Kemungkinan akan dikemo, kalau dipertahankan harus di-radiasi, kalau Mastektomi tidak, akhirnya Mastektomi, ternyata efek kelenjar getah bening ikut diangkat, tidak boleh menangkat beban berat.

Dokter bilang prosedurnya seperti itu operasi kanker payudara di beberapa kasus mengangkat kelenjar getah bening juga. Setiap orang berbeda jumlah kelenjar getah bening yang diangkat.

"Progresnya setelah ada pemeriksaan lagi ternyata jaringan saya tidak ada, tidak tahu kenapa hilang jaringannya," lanjut Neni.

Tak hanya Mastektomi, Neni juga juga menjalani pengangkatan di indung telur oleh dokter kandungan. Saat itu usia Neni sudah 48 tahun, kalau di usia itu tidak ada rencana hamil mending angkat rahim dan serviks, supaya menyebar.

Sampai sekarang Neni merasa lebih baik, hanya efek obat yang membuat tubuh tidak nyaman masih terasa. Selama masa pengobatan Neni menggunakan BPJS.

Bagi Neni, deteksi dini itu wajib jika hasil deteksi ada jangan lengah harus langsung diperiksa. "Meski saya sudah menjalankan hidup sehat, berenang, lari, dan makan sehat ternyata bisa juga kena," kenangnya.

Meski kini ia menjalani hidup dengan satu payudara, namun Neni tetap semangat. Energinya dipakai untuk merajut knokers atau payudara artifisial dari benang wol yang dimasukkan dalam bra.

"Awalnya saya sendiri, lama-lama banyak yang nyumbang benang dan saya bikin banyak, kami bikin grup enam orang kita bagi-bagi. Ukurannya ada yang besar dan kecil sesuai keinginan," ucapnya

Namun Neni sendiri justru tidak begitu nyaman pakai knokers, ia lebih suka apa adanya. Tapi ia tetap membuatnya untuk dibagikan secara cuma-cuma ke sesama penyintas yang sudah memasuki tahap mastektomi

KEYWORD :

Kanker Payudara Penyintas Neni Ismail




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :