Sabtu, 20/04/2024 14:41 WIB

Pintar Menghitung dan Jago Menghafal Sudah Ketinggalan Zaman

Itu semua bisa dikerjakan mesin, kata Gogot usai berbicara dalam International Symposium on Open, Distance, and e-Learning

Ilsutrasi siswa belajar (Foto: People`daily)

Jakarta – Seiring perubahan teknologi digital yang serba cepat dewasa ini, siswa dituntut untuk terus beradaptasi. Karena bila tidak, maka akan terjebak dengan metode dan gaya berpikir yang jumud dan ketinggalan zaman.

Seperti diungkapkan Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto. Dia mengatakan, siswa masa kini bukan lagi dituntut untuk pintar menghitung atau cepat menghafal yang bertujuan agar cepat dalam mengerjakan soal.

“Itu semua bisa dikerjakan mesin,” kata Gogot usai berbicara dalam International Symposium on Open, Distance, and e-Learning (Isodel) 2018 di Hotel Bidakara Jakarta pada Kamis (5/7).

Sebaliknya, lanjut Gogot, siswa perlu dibekali dengan skill collaborative work (bekerja sama dalam tim), critical thinking (berpikir kritis), problem solving (mencari solusi), dan communication skill (keahlian berkomunikasi).

Hal yang terpenting pula, menurut Gogot ialah guru harus menginovasi teknologi yang dibutuhkan oleh para siswa.

“Guru harus bisa menginspirasi siswanya untuk mampu berbagi dengan siswa-siswa lain supaya bisa berbagi terobosan memahami materi pelajaran di sekolah,” ujarnya.

Gogot mengatakan, dalam rangka mendorong siswa yang melek teknologi, pemerintah sudah menyiapkan mulai dari input, proses, output, serta outcome yang sesuai.

Inputnya terimplementasi dalam program penerimaan peserta didik baru (PPDB) online. Sehingga, sejak mulai dari pendaftaran siswa dan orang tua sudah bersentuhan dengan internet.

Kemudian di sekolah, kata Gogot, siswa diperkenalkan bagaimana cara mendaftar di kelas, mengikuti pelajaran dengan mengunduh materi di internet, mengerjakan soal secara digital, hingga mengerjakan pekerjaan kelompok secara digital.

“Sekarang kan ada grup-grup WhatsApp, LINE, dan lainnya dengan memanfaatkan teknologi yang ada,” terang Gogot.

Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, Gogot menilai ada empat sisi yang harus disiapkan di bidang pendidikan dasar. Yakni guru, siswa, sekolah, dan kurikulum.

Dari sisi kurikulum, guru dan siswa harus berkolaborasi untuk mengenal big data dengan baik, mulai dari penggunaan telepon dan record, Google Map, hingga belanja secara daring.

“Jadi era digital yang sudah maju seperti ini, jangan sampai anak-anak kita terjebak di tiga hal, yaitu salah fokus, mati gaya dengan IT, sampai gila atau stres, karena ekses negatif dari dunia digital juga banyak,” tuturnya.

KEYWORD :

Pendidikan Kemdikbud Teknologi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :