Indra Charismiadji mengatakan, kendati belajar materi pemrograman, guru TIK tidak boleh menggiring siswa didik menjadi seorang programer
Indra Charismiadji menyebut kemampuan literasi guru dan siswa Indonesia, secara umum masih sangat lemah.
Pasalnya di era Revolusi Industri 4.0 dewasa ini, guru dan siswa dituntut menyesuaikan dengan perkembangan teknologi digital. Dan menurut dia, untuk merealisasikan hal itu tidaklah sulit.
Menurut dia, Belva yang merupakan bos platform bimbingan belajar (bimbel), berkaitan terhadap perbaikan mutu sekolah di seluruh Indonesia, yang merupakan visi Presiden Jokowi di periode kedua.
Pasalnya, kata Indra, bimbel umumnya muncul ketika sekolah formal kualitasnya kurang baik. Karena itu, semakin kualitas sekolahnya buruk, bimbelnya akan semakin maju. Begitu pula sebaliknya.
Nominal sebesar Rp1.277 triliun untuk pendidikan dalam kurun waktu 2016-2018, rupanya sedikitpun tak berdampak pada peningkatan ranking Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia.
Pemerintah didorong menerbitkan regulasi khusus sekolah swasta. Pasalnya, saat ini sekolah swasta yang ada harus mengikuti regulasi yang sama dengan sekolah negeri.
Indra memandang, harusnya saat ini pemerintah sudah memiliki regulasi dan program nyata, yang mengacu pada pelaksanaan UN sebelumnya.
Indra Charismiadji menyarankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), supaya fokus menstimulasi guru penggerak.
Pemanfaatan teknologi informatika (IT) dan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring/online) nampaknya masih merupakan barang baru bagi sebagian guru.