Sabtu, 11/05/2024 09:22 WIB

Pelatihan dan Penyuluhan Secara Masif Kunci Peningkatan Produktivitas

Kemajuan suatu bangsa itu diawali dengan bangkitnya sdm, bukan inovasi teknologi dan sarana prasarana.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi menegaskan, petani dan penyuluh merupakan kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Demikian disampaikan pada acara "Dukungan P4S, KTNA, dan Perhiptani Dalam Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh", yang digelar secara virtual pada Senin (19/7).

"Saya ingin menyampaikan, pengungkit terbesar produktivitas pertanian adalah sdm pertanian. Fakta menunjukkan, smdlah sesungguhnya yang paling besar kontribusinya terhadap peningkatan produktivitas, termasuk produktivitas pertanian," tegas Dedi.

Menurut Dedi, kemajuan suatu bangsa itu diawali dengan bangkitnya sdm, bukan inovasi teknologi dan sarana prasarana. "Silakan baca bagaimana sejarah dari kebangkita suatau bangsa, termasuk Indonesia," ajar Dedi.

Tahun 1970, ada Program Bimas (Bimbingan Massal), dimana pelatihan secara masif dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air. Kemudian, ada Program Imnas (Intensifikasi Massal) melaui panca usaha tani.

Panca usaha tani, kata Dedi, tidak lain adalah pengembangan inovasi teknologi dan sarana prasarana.

"Sekali lagi panca usaha tani, pengolahan tanah, penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk, pengairan, pengendalian OPT itu semua bisa  terimplementasikan di lapangan oleh seluruh petani itu karena program Bimas. Intinya adalah penyuluhan secara masif," ujarnya.

Berkat program penyuluhan yang masif di seluh pelosok tanah air melaui implementasi panca usaha tani produktivitas naik dari rata-rata produktivitas padi sawah di Hawa 2,8 ton per hektare pada 1970, naik menjadi 3,5 ton per hektare.

"Kanaikan itu berkat kita melakuakan pengolahan tanah yang baik, menggunkan varietas unggul waktu itu, pembangunan pabrikn pupuk dan bendungan dilakukan di seluruh pelosok tanah air," ujar Dedi.

Sejak saat itu, kenang Dedi, produktivtitas terus naik. Bahkan , dalam waktu sekitar 14-15 tahun 1984 produktivitas padi sawah di Jawa meningkat menjadi 4,9 ton per hektare atau hampir dua kali lipat peningkatan dalam kurun waktu 15 tahun.

"Fakta menunjukkan dengan Bimbas dan implementasi panca usaha tani, produktivitas pertanian kita meningkat dari 2,8 ton per hektare menjadi 4,9 ton per hektare. Bandingkan dengan sekarang, produktivitas dalam 5 tahun terakhir berjalan di tempat," ujar Dedi.

"Kita harus intropeksi kenapa dulu di zaman Bimas dan Imnas kita mampu meningkatkan produktivitas hampir dua kali lipat dalam 15 tahun, tapi sekarang kita 15 tahun poco-poco (stagnan)," sambung dia.

Karena itu, Dedi mengatakan, langkah yang harus dilakukan untuk kembali meningkatan produktivitas padi sawah adalah melakukan pelatihan, penyuluhan secara masif di seluruh tanah air. "Sekali lagi, yang akan menjamin peningkatan produktivitas adalah sdm pertanian, yaitu petani dan penyuluh," tegas Dedi.

KEYWORD :

SDM pertanian Dedi Nursyamsi Penyuluhan Masif




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :