Jum'at, 26/04/2024 13:29 WIB

Dedi Nursyamsi Tegaskan Pembangunan Pertanian Diawali dengan SDM

Program Bimbingan Massal dan Intensifikasi Massal dengan penyuluhan massal Soeharto yang berhasil mengharumkan nama Indonesia dari pengimpor beras terbesar dunia pasca tragedi 1965 menjadi penghasil beras.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat memberikan sambutan virtual di acara Launching Program Better Lifa Farming (BLF) untuk Kesejahteraan Pertani Indonesia, Jakarta, Kamis 10 Desember 2020. (Foto: Tankap layar/supianto/jurnas)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi menegaskan, kunci keberhasilan pembangunan sebuah bangsa diawali dengan pembangunan SDM.

"Dimulai dengan pembangunan pendidikannya, pelatihannnya, dan penyuluhannya," Demikian kata Dedi pada acara Bertani On Cloud, yang mengangkat tema "Pelatihan Sejuta Penyuluh dan Petani", Kamis (15/7).

Dedi mencontohkan, program Bimbingan Massal dan Intensifikasi Massal dengan penyuluhan massal Soeharto yang berhasil mengharumkan nama Indonesia dari pengimpor beras terbesar dunia pasca tragedi 1965 menjadi penghasil beras.

"Ada program Intensifikasi Massal melalui program program panca usaha tani, ada pengolahan tanah, pengolahan varietas yang berpotensi memiliki hasil tinggi, ada penggunaan pupuk, dan pengendalian hama dan penyakit," ujar Dedi.

Melalui penyuluhan yang masif di pelosk tanah air tentang pengolohan tanah yang baik, penggunaan varietas unggul PB4, PB5 sampai PB10 dan terakhir IR36, produktivitas naik mendekati 3,0 ton per hektare dari produktivitas 2,6 ton per hektare. 

Selain itu, bendungan-bendungan yang dibangun Suharto dimana-mana di seluruh peloksok tanah air juga behasil mendongkrak produktivitas menjadi 3,5 ton per hektare.

"Kemudian juga ada penggunaan pupuk urea. Pabrik-pabrik pupuk dibangun di seluruh tanah air. Di Jawa ada Petrokimia Gresik, di Sumatera ada PT Pupuk Sriwidjaja, di Aceh juga ada, di Kalimantan ada PT Pupuk Kaltim dan lain sebagainya," jelasnya.

"Itu semua dibangun untuk mengcover kebutuhan pupuk di seluruh tanah air. Hasilnya produktivitas naik, terus naik sampai 1984 produktivitas kita 4,9 ton per hektare hampir dua kali lipat dalam jangka waktu 14-15 tahun," sambungnya.

Kemudian, lanjut Dedi, pada 1984, Pak Harto mendapatkan penghargaan dari Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) karena berhasil mencungkirbalikkan fakta dari negara pengimpor beras terbesar dunia menjadi swasembada.

"Nama Indonesia saat itu harum. Saking harumnya, beras kita sampai ke Etopia yang saat itu mengalami paceklik karena kemarau," kata Dedi.

Bukan hanya itu, para petani dari Filipina dan Vietnam juga datang berguru bagaimana mengimplementasikan panca usaha tani, mengolah tanah yang bagus, bagaimana menggunakan varietas unggul, bagaimana menggunakan pupuk, bagaimana mengendalikan hama dan penyakit dan bagaimana mengolah air," kata Dedi.

"Terus yang berarti sesungguhnya, yang menyebabkan kita swasembada itu ada penyuluhan yang masif, ada bimbingan massal. Jepang sudah terbukti dengan pendidikan massal. Anak anak Jepang mampu bangkit dari keterpurukan dari perang dunia ke dua," sambungnya.

KEYWORD :

Dedi Nursyamsi SDM Pertanian Penyuluhan Massal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :