Sabtu, 27/04/2024 08:36 WIB

Jelang Sekolah Tatap Muka, Gus AMI: Tiru Pesantren Terapkan Prokes Ketat dan Disiplin

pondok pesantren menerapkan prokes yang ketat dan disiplin.

Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI), Ketua Umum DPP PKB

Jakarta, Jurnas.com – Wakil Ketua DPR-RI bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) mendesak setiap sekolah menyiapkan protokol kesehatan yang lengkap dan disiplin sebelum pelaksanaan belajar tatap muka mulai Juli 2021.

Desakan ini disampaikan Gus AMI lantaran saat ini terjadi lonjakan pandemi covid-19 di sejumlah daerah, sementara rencana sekolah tatap muka telah disepakati dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, dan Menteri Agama.

"Saat ini sejumlah daerah ada lonjakan kasus bahkan ada varian baru Covid-19. Ini harus menjadi catatan dan harus dilakukan persiapan yang sangat serius dalam menghadapi sekolah tatap muka. Jangan sampai sekolah menjadi klaster baru penularan kasus Covid-19,” ujar Gus AMI, Senin (14/6/2021).

Gus AMI yang juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyodorkan data Satgas Covid-19, bahwa hingga Minggu (13/6/2021) terdapat tambahan 9.868 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia sehingga total menjadi 1.911.358 kasus positif Corona. Disisi lain, sampai saat ini program vaksinasi virus corona juga masih belum menyentuh ke anak-anak.

Karena itu, Gus AMI meminta agar vaksinasi kepada para guru harus dituntaskan terlebih dulu sebelum sekolah tatap muka dimulau. Di sisi lain, sekolah juga harus melakukan komunikasi secara intens dengan orangtua siswa, sehingga anaknya bisa menerapkan prokes sesuai standar keamanan.

Gus AMI menyebut sekolah-sekooah perlu menyontoh pondok pesantren. Selama ini belajar tatap muka sebenarnya sudah dilakukan di sejumlah pesantren dengan tanpa gangguan serius.

Kuncinya adalah, karena pondok pesantren menerapkan prokes yang ketat dan disiplin. Bahkan ketika anak kembali ke pesantren, orangtua pun tidak bisa mengantarkannya sampai di dalam, cukup di halaman pesantren.

"Anak yang masuk ke pesantren juga dilakukan pemeriksaan swab antigen atau gnose. Secara disiplin dan ketat," tuturnya.

Terkait belum adanya vaksinasi untuk anak, Gus AMI mendorong Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), dan organisasi lainnya untuk terus mengkaji keamanan vaksin bagi anak-anak atau masyarakat yang berusia di bawah 16 tahun.

Sebab vaksin Sinovac, Pfizer, dan AstraZeneca baru direkomendasikan bagi masyarakat yang berusia di atas 16 tahun. Kemenkes bersama IDAI juga harus memastikan persiapan proses uji klinis vaksin kepada anak-anak dilakukan secara hati-hati dan bertahap.

"Kita harus pastikan vaksinasi pada anak tidak akan menimbulkan efek samping yang mengkhawatirkan dan berdampak jangka panjang bagi tumbuh kembang anak," tegas Gus AMI.

Karena itu, Kemenkes bersama peneliti vaksin harus lebih kerja keras meneliti jenis-jenis vaksin yang telah mendapatkan perizinan edar di Indonesia, dengan memperhatikan aspek keamanan, tolerabilitas dan imunogenisitas, beserta dosis yang tepat untuk diberikan kepada anak-anak.

KEYWORD :

sekolah tatap muka prokes Covid-19 Gus AMI PKB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :