Rabu, 24/04/2024 11:07 WIB

Baca Ini Sebelum Mengkonsumsi Obat Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter (overuse & misuse) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka AMR di dunia kesehatan.

Ilustrasi minum obat karena terserang penyakit (foto: RTE)

Jakarta, Jurnas.com – Masih banyak masyarakat yang tidak memperhatikan cara akan penggunaan antibiotik dengan benar. Masyarakat harus mengetahui dengan benar apa fungsi dari obat antibiotik sebelum mengkonsumsinya. Terutama bila antibiotik tersebut dijual bebas.

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter (overuse & misuse) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka AMR di dunia kesehatan. Berdasarkan data WHO, penggunaan antibiotik meningkat 91% secara global dan meningkat 165% di negara-negara berkembang pada periode 2000 – 2015 sehingga menjadikan AMR salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia.

Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD, K-PTI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUD Dr. Soetomo mengemukakan, masih terdapat persepsi di masyarakat bahwa setiap penyakit harus menggunakan obat atau antibiotik, padahal banyak penyakit infeksi khususnya yang disebabkan oleh virus sebenarnya bersifat self-limiting disease, sehingga lebih banyak memerlukan istirahat dan nutrisi yang baik.

“Banyak pasien berusaha mengobati penyakitnya sendiri dan bahkan membeli obat termasuk antibiotik di apotek dan setelah penyakitnya memburuk, baru berkonsultasi ke dokter atau layanan kesehatan. Hal ini yang sering menyebabkan kuman menjadi resisten dan menimbulkan beban biaya menjadi lebih besar. Masyarakat perlu menggunakan antibiotik secara bijak, rasional dan tuntas supaya angka kesembuhan meningkat serta mengurangi lama rawat inap, angka kesakitan dan kematian, pembiayaan, penularan kepada orang lain dan mencegah resistensi,” Terang Erwin.

Vida Parady, mewakili Yayasan Orangtua Peduli (YOP), mengatakan, “Resistensi antibiotik merupakan krisis kesehatan dunia, bahkan disebut sebagai silent pandemic. Namun, banyak pihak belum peduli akan dampak resistensi antibiotik. Masih sering ditemukan tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik pada penyakit karena infeksi virus. Di sisi lain, masyarakat berpikir antibiotik dapat mencegah sakit menjadi lebih berat. Semua pihak bertanggung jawab untuk menekan laju resistensi antimikroba.”

“Kami berharap pemerintah menerapkan peraturan dengan lebih tegas, misalnya melarang toko obat atau apotek menjual antibiotik tanpa resep. Penyedia layanan kesehatan kami harap dapat menekan peresepan antibiotik broad spectrum yang tidak rasional. Pasien pun dapat meredam peresepan antibiotik yang tidak rasional dengan memahami strategi berdiskusi dengan tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik untuk penyakit akibat infeksi virus. Perusahaan farmasi juga perlu mendorong tenaga kesehatan dan konsumen untuk menggunakan antibiotik secara tepat guna sambil terus meningkatkan upaya R&D untuk mencegah kita semua kembali ke era pra-antibiotik,” ujar Vida.

Handoko Santoso, Medical Director Pfizer Indonesia, Cluster Medical Lead – Indonesia, Singapura dan Pakistan, menjelaskan bahwa Pfizer mendukung program dan strategi One Health yang disuarakan komunitas kesehatan Indonesia dan dunia internasional.

“Pfizer secara konsisten berupaya untuk memberikan kontribusi nyata dalam upaya mengatasi Resistensi Antimikroba melalui dukungan terhadap tatalaksana pemberian antibiotik yang tepat bagi para tenaga kesehatan profesional dan manajemen rumah sakit melalui programprogram penguatan kapasitas dan aktivitas edukasi yang bersifat ilmiah dan nonpromosional,” ungkapnya.

Selama beberapa tahun terakhir, Pfizer menyadari peran serta sektor swasta termasuk pelaku industri farmasi diperlukan untuk menyukseskan Antibiotic Stewardship Program (ASP) di Indonesia.

Hendra Wijaya, Category Lead Pfizer Indonesia, mengatakan bahwa selain terus membantu stakeholder kesehatan dalam menerapkan ASP, tahun ini pihaknya menginisiasi peluncuran program bantuan pasien bagi sejumlah rumah sakit pemerintah dan secara intensif akan melaksanakan program kerjasama penguatan tata laksana ASP di salah satu grup rumah sakit swasta terkemuka di Indonesia.

Melalui program ini, Hendra menambahkan, selain mendukung upaya tenaga kesehatan profesional dan rumah sakit mitra melalui rangkaian lokakarya edukatif virtual untuk membantu penguatan kapasitas tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) rumah sakit, Pfizer mendukung program edukasi masyarakat untuk mengkonsumi antibiotik dengan tepat, bijak dan rasional sesuai anjuran dokter.

 

KEYWORD :

Obat Antibiotik Konsumsi Pfizer Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :