Kamis, 25/04/2024 22:17 WIB

Panglima Militer Filipina Kunjungi Pulau yang Disengketakan dengan China

Kunjungan itu dilakukan setelah protes diplomatik baru-baru ini yang dilakukan Filipina atas apa yang dikatakannya sebagai kehadiran ilegal ratusan kapal milisi maritim China di dalam zona ekonomi eksklusifnya dan di dekat pulau-pulau yang didudukinya.

Foto selebaran oleh Departemen Pertahanan Nasional Filipina menunjukkan jalan pantai yang baru dibangun di Pulau Thitu di Laut Cina Selatan yang disengketakan, 9 Juni 2020. (Foto file: Departemen Pertahanan Nasional Filipina/Handout via REUTERS)

Manila, Jurnas.com - Panglima angkatan bersenjata Filipina mengunjungi pulau berpohon karang yang diduduki negaranya di Laut China Selatan minggu ini. Kunjungan tersebut dinilai dapat memicu ketegangan  antara Manila dan Beijing di perairan yang disengketakan kedua negara.

Selama kunjungan Senin (7/6), kepala Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Cirilito Sobejana memuji para tentara atas peran yang mereka mainkan dalam melindungi penduduk pulau dan menjaga wilayah negara di jalur perairan yang strategis.

Kunjungan itu dilakukan setelah protes diplomatik baru-baru ini yang dilakukan Filipina atas apa yang dikatakannya sebagai kehadiran ilegal ratusan kapal milisi maritim China di dalam zona ekonomi eksklusifnya dan di dekat pulau-pulau yang didudukinya.

Para diplomat China mengatakan, kapal-kapal itu hanya berlindung dari laut yang ganas dan tidak ada milisi yang naik.

Perjalanan Sobejana ke Thitu, yang dikenal orang Filipina sebagai Pag-asa, terjadi pada Senin, tetapi informasi itu baru diumumkan oleh AFP pada Rabu (9/6).

Thitu adalah yang terbesar dari sembilan terumbu karang, beting dan pulau yang diduduki Filipina di kepulauan Spratly, dan merupakan rumah bagi sejumlah kecil personel militer dan warga sipil.

"(Pasukan) semangatnya sangat tinggi, tingkat moral mereka tinggi terutama setelah kunjungan kami," kata Sobejana kepada wartawan, Selasa malam, seraya menambahkan dia juga ingin memeriksa pulau itu untuk mengawasi rencana mengubahnya menjadi pusat logistik untuk membuat lebih mudah bagi aset angkatan laut yang melakukan patroli untuk mengisi bahan bakar.

Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Filipina, Brunei, Cina, Malaysia, Taiwan dan Vietnam memiliki klaim kedaulatan yang bersaing di Laut Cina Selatan, yang menyalurkan barang lebih dari US$3 triliun setiap tahun.

Para menteri luar negeri Asia Tenggara dan China sepakat dalam pertemuan pada hari Senin untuk menahan diri di Laut China Selatan dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan. (Reuters)

KEYWORD :

Militer Filipina Cirilito Sobejana Laut China Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :