Kamis, 25/04/2024 09:12 WIB

Harlah Pancasila, Jazilul: Ulama Berperan Besar dalam Lahirnya Pancasila

Gus Jazil memohon doa kepada para kiai agar kedepan perolehan suara PKB akan meningkat, dan Indonesia bisa memiliki pemimpin yang memiliki visi dan misi keulamaan.

Wakil Ketua MPR, Jazilul Fawaid dan Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar dalam acara peringatan Hari Lahir Pancasila. (Foto: MPR)

Jakarta, Jurnas.com – Hari lahir Pancasila, 1 Juni 2021 diperingati dengan berbagai cara. Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid (Gus Jazil) bersama dengan Wakil Ketua DPR Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) dan para ulama se-Jawa Barat memperingati Harlah Pancasila dengan melakukan kegiatan doa bersama untuk keselamatan bangsa.

Dalam sambutannya, Gus Jazil mengatakan bahwa Harlah Pancasila menjadi momentum yang sangat penting karena Pancasila merupakan pengikat kebangsaan. Gus Jazil juga mengingatkan besarnya peran para ulama dalam lahirnya Pancasila.

”Tapi banyak yang lupa kalau di dalam Pancasila, ibarat kue, campuran terbesarnya itu Islam. Kandungan nutrisi dalam komposisinya terbesar itu Islam makanya mempertahankan Pancasila bagi para kiai sama dengan mempertahankan Islam,” ujar Gus Jazil dalam Peringatan Harlah Pancasila dan Doa Bersama untuk Bangsa di Rumah Dinas Wakil Ketua MPR, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (1/6/2021).

Dalam kesempatan itu, Gus Jazil memohon doa kepada para kiai agar kedepan perolehan suara PKB akan meningkat, dan Indonesia bisa memiliki pemimpin yang memiliki visi dan misi keulamaan.

”Kita nggak usah malu, takut, atau ragu-ragu karena Republik yang dasarnya Pancasila lahir dari jasa para ulama sehingga keturunan ulama berhak untuk memimpin negeri ini,” katanya.

Dikatakan Gus Jazil, kalangan santri yang memiliki warisan sejarah berdirinya negeri ini dari para ulama harus berani bermimpi untuk memimpin negeri ini.

”Penting bagi kita untuk menyatukan arah, pikiran dan doa supaya perubahan 2024 nanti mengarah ke kita. Kita punya nasab menjadi Presiden, dulu Gus Dur menjadi Presiden. Tapi kadang kita belum berani, belum yakin betul. Padahal Nabi Sulaiman yang anaknya raja saja, dalam doanya memohon untuk bisa menjadi raja,” tuturnya.

Karena itu, menurutnya, untuk mewujudkan negeri yang sejahtera, baldatun toyyibatun warobbun ghofuur maka harus dipimpin oleh orang yang memiliki visi dan misi keulamaan.

Sementara itu, Muhaimin Iskandar mengaku sangat bersyukur bisa hadir bertatap muka dengan para kiai se-Jabar. Dikatakan Gus AMI, perjuangan ahlusunnah waljamaah di ranah politik dan kebangsaan sejak pasca Reformasi mengalami dinamika yang sangat dahsyat. ”Terjadi lompatan dramatis ketika Gus Dur menjadi presiden, dan PKB jadi parpol yang dilahirkan oleh para ulama NU,” katanya.

Bahkan, Gus AMI mengatakan bahwa sejak era Reformasi, siapapun calon presiden yang didukung PKB pasti menang. Selain itu, ahlussunnah juga menjadi kekuatan yang bisa diterima dan diharapkan oleh semua kalangan. ”Dengan segala kekuatan yang kita miliki, termasuk kekuatan spiritual, mari kita ubah Indonesia menjadi negeri yang maju,” katanya.

Sementara itu, KH Fikri Haikal dalam tausiahnya membenarkan bahwa komposisi terbesar NKRI merupakan warisan para ulama NU.

”Saya pernah membaca buku ketika Hadratus Syech KH Hasyim Asy’ari disodorkan rumusan Pancasila, beliau tirakat tiga hari berpuasa dan mengkhatamkan Alquran, lalu salat dua rakaat. Ketika dalam bacaan iyyakana’budu waiyyakanastain, beliau membaca 350 kali. Sampai pada akhirnya beliau berkata, ‘saya ridha Pancasila menjadi dasar NKRI,” katanya.

Karena itu, kata putra dai sejuta umat KH Zainuddin MZ ini, NKRI yang merupakan warisan para ulama sudah seyogyanya yang lebih berhak memimpin negeri ini adalah para pewaris ulama. ”Kita yang lebih berhak ketimbang orang lain. Jangan sertifikat tanah kita atas nama orang lain,” katanya.

Ustaz Haikal juga berdoa agar kedepan NU dan keluarga besar nahdliyin bisa berperan lebih luas lagi dalam mengawal pembangunan negeri ini.

KEYWORD :

Jazilul Fawaid Muhaimin Iskandar Pancasila Ulama




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :