Jum'at, 26/04/2024 23:52 WIB

Turki Stop Kerjasama Keamanan dengan AS

Kegiatan yang ditangguhkan termasuk pelatihan bersama oleh pasukan polisi Turki dan AS, akses awal ke intelijen tersangka, dan informasi intelijen lainnya yang biasanya dibagikan di antara keduanya.

Pasukan AS berpatroli dengan kendaraan militer mereka di dekat perbatasan dengan Turki, pada 17 Desember 2020 [DELIL SOULEIMAN / AFP

Jakarta, Jurnas.com - Pelatihan bersama dan berbagi intelijen antara Turki dan AS dilaporkan telah berakhir secara bertahap sejak 2019 lalu. Langkah tersebut tampaknya merupakan bagian dari proses yang diprakarsai oleh Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu.

Menurut outlet berita yang berbasis di London, yang mengutip sumber-sumber Turki yang dekat dengan menteri terkemuka, dia menangguhkan sejumlah program dan kerja sama bersama secara bertahap karena perselisihan antara Ankara dan Washington sejak dia menjabat lima tahun lalu. 

Kegiatan yang ditangguhkan termasuk pelatihan bersama oleh pasukan polisi Turki dan AS, akses awal ke intelijen tersangka, dan informasi intelijen lainnya yang biasanya dibagikan di antara keduanya.

Terlepas dari pembatasan itu, penangguhan sebagian besar terbatas pada akses awal ke data dan intelijen bersama yang sebelumnya dinikmati AS. "Itu tidak sepenuhnya menghalangi kerja sama dengan pihak berwenang Amerika, karena mereka dapat menerima informasi yang relevan setelah penyelidikan selesai dan diserahkan ke pengadilan," kata seorang pejabat anonim, dilansir Middleeast, Selasa (25/05).

Hubungan yang semakin tegang antara AS dan Turki selama beberapa tahun terakhir telah lama diketahui, tetapi penangguhan Soylu juga tampaknya memiliki sentuhan pribadi. Dia dan menteri lainnya dua kali dijatuhi sanksi sementara oleh Washington, pertama pada 2018 karena penahanan Pendeta Amerika Andrew Brunson, dan sekali lagi setahun setelah operasi Turki melawan militan Kurdi di Suriah utara.

Selain itu, pejabat seperti Soylu telah lama mencurigai AS terlibat dalam upaya kudeta yang gagal oleh segmen militer Turki pada tahun 2016, terutama karena penolakan Washington untuk mengekstradisi tersangka dalang kudeta, Fethullah Gülen. 

Pada Rabu pekan lalu, Soylu secara terbuka menyuarakan kecurigaan tersebut, dengan menyatakan bahwa upaya kudeta terjadi atas perintah dari mereka (AS).

Dalam pidatonya di televisi, dia juga menuduh keterlibatan Uni Emirat Arab. UEA dan AS adalah pelaku 15 Juli (kudeta). UEA adalah mitra operasional terpenting AS. Dalam tayangan TV yang sama, Soylu juga mengungkapkan bahwa dirinya menolak untuk bertemu dengan Duta Besar AS David Satterfield. 

"Saya tidak akan memberikan dia penunjukan apa pun. Saya hanya akan melakukannya jika mereka mulai menunjukkan rasa hormat kepada negara ini," tegasnya.

KEYWORD :

Kerjasama Keamanan Militer Turki Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :