Jum'at, 19/04/2024 13:20 WIB

Hardiknas, PGRI Beberkan PR di Dunia Pendidikan

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) memaparkan sejumlah pekerjaan rumah di dunia pendidikan Tanah Air, dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021.

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia Unifah Rosyidi (Foto: Muti)

Jakarta, Jurnas.com - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) memaparkan sejumlah pekerjaan rumah di dunia pendidikan Tanah Air, dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021.

Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi mengatakan apabila melihat kondisi pendidikan Indonesia saat ini, dari sisi angka-angka statistik secara kuantitas memang menakjubkan. Terdapat capaian yang luar biasa dalam kesempatan akses pendidikan.

Namun, lanjut Unifah, jika mengacu pada frasa `Mencerdaskan Kehidupan Bangsa` yang tertera dalam konstitusi, kenyataan untuk mencapai tujuan itu masih jauh panggang dari api.

"Jika kita menggunakan indikator mutu pendidikan yang disepakati secara internasional, kualitas pendidikan Indonesia masih belum membanggakan. Peringkat Indonesia dalam Human Development Index (HDI), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), serta Programme for International Student Assessment (PISA), berada pada posisi menengah bawah, dan rendah," kata Unifah dalam keterangannya pada Minggu (2/5).

"Indikator itu menunjukkan bahwa masih terlalu banyak pekerjaan rumah di sektor pendidikan yang harus diselesaikan," sambung dia.

Lebih memprihatinkan dari sisi karakter. Maraknya korupsi bahkan mulai dari kalangan milenial, penggunaan narkoba yang meluas, tawuran, kekerasan hingga pelanggaran lalu lintas yang dianggap lazim menunjukkan masih ada yang harus diluruskan dalam dunia pendidikan bangsa ini.

"Hal ini diperparah dengan memudarnya nasionalisme di sebagian kalangan. Tanpa nasionalisme kita akan melihat pembangunan fisik secara nyata namun tidak bisa membedakan antara `pembangunan Indonesia` yang murni karya, dan modal anak bangsa dan `pembangunan di Indonesia` yang dimodali asing dan dimiliki asing," ujar dia.

"Untuk itu, menyambut Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini, Persatuan Guru Republik Indonesia mengajak semua pihak untuk merenungi kembali sudahkah pendidikan kita saat ini sesuai prinsip-prinsip pendidikan kebangsaan yang digagas Ki Hadjar Dewantara? Sudahkah tri pusat pendidikan (pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat) yang diimpikan Ki Hadjar Dewantara menjadi bagian ekosistem pendidikan kita saat ini?" imbuh dia.

Menurut Unifah, menyalahkan guru dalam kondisi seperti ini juga hal yang keliru. Pasalnya, guru sejak awal terjebak dalam persoalan administratif, serta dikejar target kurikulum yang menguras tenaga.

Guru misalnya, harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan melakukan analisis hasil ulangan (AHU) yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

"Belum lagi menyusun silabus, membedah kisi-kisi soal ujian tengah semester (UAS) serta seabreg hal lain yang sangat administratif, menyita waktu dan menguras tenaga. Di sisi lain kesejahteraan guru dan peningkatan mutu guru melalui pelatihan periodik yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, masih kurang diperhatikan secara serius," tegas Unifah.

Selain itu, Unifah menyoroti maraknya kebijakan pendidikan yang menimbulkan kegaduhan, penyusunan peta jalan pendidikan yang pragmatis dan bukan mencerminkan tentang pandangan sebagai bangsa dalam mengantisipasi pendidikan masa depan, dan perhatian yang sangat minim kepada guru, guru 3T.

"Persoalan kesejahteraan dan kualitas yang jauh tersentuh, menunjukkan sudah saatnya ada pembenahan serius di dunia pendidikan kita," kata dia.

Di masa pandemi ini, permasalahan pendidikan bertambah serius. Ada dilema apabila penutupan sekolah berlangsung lebih lama yang menyebabkan learning loss dan prinsip mengutamakan keselamatan dan kesehatan pendidik dan peserta didik.

"Adanya pemberian vaksi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan merupakan langkah penting untuk memastikan pembelajaran tatap muka (PTM) dapat berlangsung aman. PGRI berharap agar pemerintah, pemerintah daerah sangat serius menyiapkan secara hati-hati PTM demi keselamatan dan keamanan peserta didik, pendidik, orang tua, dan masyarakat," terang Unifah.

"Di Hari Pendidikan Nasional mendatang, semoga Ki Hadjar Dewantara dapat tersenyum bangga dan bukan sebaliknya menangis sedih melihat kondisi pendidikan saat ini," tutup dia.

KEYWORD :

Hari Pendidikan Nasional Hardiknas 2021 PGRI Unifah Rosyidi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :