Jum'at, 19/04/2024 19:30 WIB

Mentan Syahrul Tegaskan Pupuk Subsidi Tak Langka

Anggaran pemerintah untuk menyediakan pupuk subsidi selama ini masih jauh dari jumlah pupuk yang diajukan petani bersama para penyuluh.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada Coaching Penyuluh Pertanian yang dilaksanakan secara offline dan online, Senin (5/4).

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa pupuk subsidi tidak langka melainkan memang kurang dari kebutuhan yang disiapkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Hal itu disampaikan saat membuka Training Of Trainer (TOT) tentang "Pemupukan Berimbang Tingkatkan Produktivitas dan Daya Saing Pertanian", yang digelar secara virtual, Jakarta, Jumat (23/4).

Menurut Syahrul, anggaran pemerintah untuk menyediakan pupuk subsidi selama ini masih jauh dari jumlah pupuk yang diajukan petani bersama para penyuluh.

"Pupuk itu tidak langka. Siapa bilang pupuk langka? Yang betul, pupuk kurang. Karena e-RDKK mebgajukan 24 juta ton, sementara uang yang bisa disiapkan oleh negara untuk pupuk subsidi hanya 7,8 juta. Jadi, bukan langkah, tapi memang kurang," jelas Syahrul.

Syahrul juga menyampakan bahwa uang pupuk subsidi tidak ada di Kementerian Pertanian (Kementan) melaikan di Kemenkeu. Adapun distribusi pupuk subsidi dilakukan oleh Kementerian BUMN melalui PT. Pupuk Indonesia.

"Masalah uang pupuk itu tidak ada uangnya di Kementan. Uangnya tetap di kemenkeu nilainya Rp 23 trilun. Sekarang ditambah lagi karena kami ajukan menjadi Rp 25 trilun. Tapi uang itu tidak pernah kita lihat. Kuasa Penggunaan Anggarannya juga di sana," tegasnya.

"Jadi Kementan hanya meneruskan e-RDKK kalian dan meminta kiri dan kanan alhamdulilah dikasih pupuk dari 24 juta ton sekarang dikasih 9 juta. Dan saya, lagi berusaha agar bisa tambah lagi," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengimbau petani agar melakukan menggunakan pemupukan secara berimbang.

Pemupukan yang berimbang adalah pemberian sejumlah pupuk yang sesuai kebutuhan tanaman agar terjadi keseimbangan hara di dalam tanah, sehingga tercapai kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman.

"Jadi tujuan utama pemupukan berimbang itu agar unsur haranya berimbang di dalam tanah. Karena itu, gunakan pupuk seperlunya saja sesuai dengan takaran yang diinginkan oleh tanaman. Jangan memupuk berlebulihan," ujar Dedi.

Dedi mengibaratkan tanaman seperti balita. Balita cukup diberikan nasi tim atau nasi bubur sebanyak 100-150 gram dan manusia dewasa sekitar 300-400 gram ditambah sayur mayur, protein, lemak, karbohidrat dan lain sebagainya.

"Tanaman juga demikian, kalau tanamannya perlu sedikit (pupuk), ya sedidikit saja, tapi kalau tanamannya perlu banyak ya banyak. Hanya bedanya, tanah itu sudah menyediakan unsur hara. Di meja makan jika tidak kita sediakan makanan, maka mejanya tidak ada makanan," ujarnya.

Menurut Dedi, pada beberapa tanah sudah terdapat sebagian unsur hara. Kemudian di dalam jerami atau bahan tanaman yang sudah dibenamkan atau dikembalikan ke dalam tanah juga mengandung unsur hara. Selanjutnya, air irigasi juga menggunakan unsur hara.

"Sekali lagi pupuk seperlunya saja. Kalau jerami padi selalu dikembalikan ke dalam tanah sesungguhnya kita tidak perlu lagi pupuk kcl. Sebab, di dalam jerami sudah banyak mengandung unsur kalium sama dengan pupuk kcl. Jadi jerami padi, jagung dan sisa tanaman lainnya sama dengan pupuk kcl," kata Dedi.

Dedi juga mengingatkan, penggunaan pupuk berlebihan justru akan membuat tubuh tanaman relatif lunak, dinding-dinding sel menjadi tipis, serta sel didominasi oleh air yang terlalu banyak sehingga terjadi suplen.

"Kalau tanamannya figurnya seperti itu ada angin pasti dia roboh. Kalau dia sudah roboh, maka pembuluh floem atau xilem akan terputus sehingga proses pengisian benih, biji, buah itu pasti terhambat. Sehingga produktivitas pertanian jadi menurun," kata Dedi.

"Selain itu, pemupukan berlebihan justru membuat tanaman akan mudah terserang hama dan penyakit secara masif atau risiko kena hama," sambungnya.

KEYWORD :

Syahrul Yasin Limpo Pupuk Subsidi Pupuk Kompos Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :