Kamis, 25/04/2024 09:32 WIB

Zulhas Ketum PAN: Candu Impor Sengsarakan Rakyat dan Mengancam Demokrasi

Candu Impor dan Bahayanya untuk Demokrasi

Zulkifli Hasan, Ketua Umum DPP PAN

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan alias Zulhas mengangkat isu impor yang telah menjadi candu penghambat kemajuan dan kemandirian bangsa.

Melalui channel youtube, Zulhas membuat pidato politik bertajuk "Candu Impor dan Bahayanya untuk Demokrasi" pada Rabu (14/4/2021).

Zulhas mengatakan, sudah 23 tahun reformasi 1998 kita lalui. Seharusnya reformasi memberikan rakyat kesejahteraan, keadilan, kedaulatan, kesetaraan. Namun rasanya cita-cita itu masih jauh panggang dari api.

"Dalam 23 tahun reformasi kita justru masih dihimpit persoalan. Mulai dari impor pangan yang menunjukkan tak adanya kedaultaan pangan.
Hingga lilitan utang luar negeri yang terus meningkat," ungkap Zulhas.

Ia juga menyebut kebijakan impor muncul akibat adanya para pemburu rente yang ingin terus langgeng di negeri Indonesia yang kaya ini.

"Para pemburu rente itu mencari keuntungan sesaat dan rela mengorbankan nasib rakyat kecil.
Nasib petani dan anak cucu kita di kemudian hari," jelas Zulhas.

Zulhas mengatakan, sejatinya impor yang terjadi di Indonesia tak hanya komoditas beras saja. Tapi komoditas lain juga.
Data BPS 2020 mengatakan rata-rata per tahun Indonesia impor kedelai 1,2 juta ton, bawang putih hampir 600 ribu ton, daging sapi cukup besar, dan gula pasir 2,95 juta ton.

"Yang lebih menyedihkan ada lagi impor garam 2,9 juta ton. Jadi tentu ada masalah dengan impor-impor ini. Apakah laut Indonesia masih kurang luas sehingga harus impir garam?" ungkap Zulhas.

Kebijakan impor ini, jelasnya, menunjukkan cara berpikir jangka pendek belaka. Seharusnya kita fokus pemberdayaan petani lokal. Meningkatkan kapasitasnya untuk memperkuat produksi lokal. Kemudian sistem distribusi dibenahi. Spekulan mafia diberantas.

"Selain kasihan pada petani, kita juga malu sudah memiliki daratan yang subur serta lautan yang luas, masih saja tergantung sama komoditas impor," urainya.

Indonesia perlu segera mewujudkan swasembada. Sebab saat ini supermarket dan pasar-pasar masih dibanjiri buah-buahan dan sayur-sayuran impor.

"Padahal seandainya kita bisa menghentikan kebiasaan impor ini dan biayanya dipakai buat reformasi dan repietasi pertanian, maka lumbung pangan nasional dan swasembada pangan akan tercapai. InsyaAlloh," tandas Zulhas.

Terakhir, Zulhas ingin menyatakan bahwa permainan impor ini ada kaitannya dengan politik. Biaya politik yang besar dan ongkos demokrasi yang tinggi punya hubungan erat dengan permainan impor tersebut.

KEYWORD :

23 tahun reformasi impor pangan Zulkifli Hasan Partai Amanat Nasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :