Kamis, 02/05/2024 04:22 WIB

Sukses Olah Daun Singkong, KWT Cengek Cilegon Raup Rp 40 Juta per Bulan

Pertanian tumbuh positif saat sektor lain babak belur. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cengek, Cilegon, juga merasakan manfaat pertanian. Dengan mengolah daun singkong, KWT Cengek meraup omzet mencapai Rp 40 juta perbulan.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Cengek, Cilegon. (Foto: Ist)

Cilegon, Jurnas.com - Selama masa pandemi Covid-19, pertanian adalah sektor yang sangat menjanjikan. Pertanian tumbuh positif saat sektor lain babak belur. Kelompok Wanita Tani (KWT) Cengek, Cilegon, juga merasakan manfaat pertanian. Dengan mengolah daun singkong, KWT Cengek meraup omzet mencapai Rp 40 juta perbulan.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatan menyampaikan pengembangan pertanian secara korporasi akan diperluas.

Sehingga tidak hanya mengelola seluruh rantai produksi usaha tani dengan teknologi modern, pengolahan, budidaya, pasca panen dan pemasaran. Juga hingga mampu menciptakan produk turunan dari komoditas yang ada.

"Korporasi petani juga ditargetkan berimplikasi pada penumbuhan semangat generasi milenial untuk terjun memajukan sektor pertanian yang inovatif dan berdaya saing," ujar Mentan Syahrul.

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, mengajak petani di seluruh Indonesia jangan lagi menjual hasil panen mentahan.

"Proses dahulu menjadi produk olahan bernilai tambah, sehingga petani meraih laba setelah dilepas ke pasaran," ujar Dedi.

Imbauan ini yang kemudian dijalankan dengan baik oleh KWT Cengek Lingkungan Kapu Denok Julalen, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Banten.

KWT Cengek mengolah daun singkong menjadi keripik dan mendapat omzet hingga Rp 40 juta per bulan. Tentu saja hal ini sangat membantu kelompok dan meningkatkan perekonomian keluarga anggota.

Siti Hasanah Ketua KWT Cengek memaparkan, keripik ini dikemas dan dinamai Hanna Koe. Harganya Rp 15.000 per bungkus ukuran 125 gram dengan tiga varian rasa, original paru, rasa rendang dan pedas.

Selain pasar lokal produk ini bahkan sudah dipasarkan keluar negeri melalui pihak yang membantu memasarkan atau dibawa sebagai oleh – oleh warga yang memiliki kerabat di luar negeri.  

Dan kini sudah ada perusahaan yang mengajak kerja sama untuk ekspor.

"Kami dapat memproduksi 50 – 100 kilogram kripik paru daun singkong per bulannya. Pemasaran sudah masuk supermarket di Jakarta dan mini market," ujarnya, Jumat (9/4/2021).

Mengolah singkong sejak tahun 2012, Siti Hasanah mengaku ide mengolah daun singkong menjadi camilan renyah dan gurih menggugah selera, serta bernilai ekonomi tinggi berawal dari banyaknya petani didaerahnya yang membudidayakan singkong.
 
“Selama ini daun singkong biasanya hanya digunakan sebagai bahan sayuran atau lalapan yang tidak semua orang suka, terutama anak – anak. Padahal didaun singkong banyak kandungan gizinya," tuturnya.

Selain daun singkong sebagai bahan utama bahan lain yang digunakan terbilang sederhana seperti telur, tepung mocaf (Modified Cassava Flour), minyak nabati, garam dan rempah-rempah. Cara membuatnya pun tidak sulit.

"Bahan kripik ini campuran daun singkong, telor, tepung mocaf. Bahan baku mocaf diperoleh dari Pandeglang," katanya.
Selain anggota KWT, kelompok ini memberdayakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja. Bahkan kini sudah mampu mendatangkan ahli masak untuk menjaga kualitas rasa dan kualitas produk.

KEYWORD :

Olah Daun Singkong KWT Cengek Cilegon Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :