Kamis, 25/04/2024 15:02 WIB

Angka Stunting Nias Masih Jadi Perhatian Serius

Saat ini, angka prevalensi stunting masih di atas 40 persen. Sementara angka nasional masih di 27,6 persen target pemerintah di tahun 2024 bisa turun menjadi 14 persen.

Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy.

Nias, Jurnas.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengatakan, Kepulauan Nias masih menjadi perhatian serius pemerintah karena angka stuntingnya masih tinggi.

Saat ini, angka prevalensi stunting masih di atas 40 persen. Sementara angka nasional masih di 27,6 persen target pemerintah di tahun 2024 bisa turun menjadi 14 persen.

"Masalahnya untuk saat ini masih terlalu banyak Kementerian Lembaga yang menangani. Maka sesuai dengan arahan Presiden untuk penanganan stunting akan dipimpin oleh BKKBN, backbone-nya adalah BKKBN," ujar Muhadjir saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Nias, Sumatera Utara, Selasa (16/3).

Menurut Muhadjir perempuan dan anak adalah kelompok strategis namun juga rentan. "Masa depan kita 40 tahun kedepan berada di tangan mereka, dan saat ini anak-anak tersebut masih balita dan mereka butuh dukungan. Kualitas bayi yang dilahirkan bergantung juga pada kondisi Ibu, maka kaum ibu dan perempuan harus kita perhatikan," ujar dia.

Karena itu, Muhadjir mengatakan, menangani stunting tidak bisa sendiri-sendiri harus kerjasama lintas sektor, maka seperti misalnya Kementerian PUPR juga harus bersama mendukung penanganan stunting, khususnya terkait air bersih dan sanitasi."

"Saya harus memastikan Kementerian Lembaga di bawah bisa saling dukung dan kerjasama tidak boleh bekerja sendiri. Maka saya berkunjung ke daerah untuk memastikan hal tersebut," tegas Muhadjir.

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dwi Listyawardani  mengatakan, strategi BKKBN dalam penanganan stunting berusaha menutupi gap-gap yang selama ini masih kurang. Ada gap yang bisa diupayakan untuk mempercepat penurunan angka stunting, melalui pendampingan di tiga fase yakni sebelum menikah, hamil dan setelah melahirkan.

"Kami tekankan tiga fase, yakni ketika mau menikah calon pengantin atau calon Ibu tiga bulan sebelumnya harus periksa kesehatan dan harus sehat, kalau anemia atau sakit maka harus sembuh dahulu, minum vitamin, zat besi," jelas dia.

"Kedua ketika hamil kita berikan penyuluhan terkait 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang ketiga setelah melahirkan harus ikut program KB, jarak lahir anak pertama dan kedua harus diatur tidak boleh berdekatan minimal tiga tahun karena itu semua yang menjadi faktor utama," sambung dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, ada faktor-faktor yang terkait stunting seperti faktor spesifik yang secara langsung terkait gizi kemudian faktor sensitif yang secara tidak langsung seperti perilaku hidup sehat, fasilitas sanitasi dan air bersih, budaya, menikah di usia muda.

"Penurunan stunting harus didekati dari semua faktor, BKKBN melakukan pendekatan keluarga seperti perilaku hidup sehat, pola asuh," ujar dia.

 

KEYWORD :

Stunting Kepulauan Nias Muhadjir Effendy




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :