Selasa, 16/04/2024 12:27 WIB

BKKBN Minta Solo Tekan Kematian Ibu dan Anak

Kematian ibu di Solo masih sekitar 4 per 10.000 persalinan sedangkan kematian bayi masih sekitar 140 per 10.000 kelahiran.

Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), saat menemui Walikota Solo, Gibran Rakabuming di Balai Kota Solo, Senin (8/3).

Solo, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyatakan optimistis Kota Solo dapat mencapai zero kematian ibu dan anak. Kematian ibu di Solo masih sekitar 4 per 10.000 persalinan sedangkan kematian bayi masih sekitar 140 per 10.000 kelahiran.

"Kami dorong Pak Wali untuk berani mencanangkan zero kematian ibu - zero kematian bayi. Saya kasih contoh Singapura itu yang mati 6 per 100.000, jika di Solo jumlah kelahiran per tahun hanya 10 ribu maka seharusnya berani mencanangkan pada tahun-tahun tertentu tidak ada ibu melahirkan yang mati," ujar Hasto saat menemui Walikota Solo, Gibran Rakabuming di Balai Kota Solo, Senin (8/3).

Pada bagian lain, Hasto juga mengatakan, prevalensi stunting di Kota Solo sudah berada di bawah target penurunan stunting yakni 14% akan tetapi secara absolut jumlahnya masih lebih dari 1000 anak.

Terkait percepatan penurunan stunting, Hasto mengatakan, Walikota Solo sudah mendukung program persiapan pranikah yaitu dengan mendata calon pengantin tiga bulan sebelum menikah.

"Tadi sudah saya diskusikan dengan Pak Wali bahwa Pak Wali sudah mendukung untuk kemudian tiga bulan sebelum nikah semua kita data, yang perempuan kita minta periksa Hb dulu kemudian yang laki-laki sebetulnya 75 hari sebelumnya itu harus persiapan karena sperma itu diciptakan 75 hari sebelum untuk bulan madu," jela Hasto.

Sementara itu, Gibran mengatakan, Solo sudah bergerak untuk memproteksi ibu dan anak ini sejak dini, salah satunya dengan menyiapkan generasi muda yang sehat dan berencana melalui program Sultan Nikah Capingan (Konsultasi Nikah Calon Pinanganten/Pengantin).

"Ini kami diberi PR (pekerjaan rumah) sama Kepala BKKBN Pak Hasto, agar angka kematian bayi dan ibu melahirkan serta stunting itu sampai nol. Nah, ini pekerjaan yang harus kami keroyok bareng – bareng," jelas dia.

Dia secara tersirat menginginkan adanya rumah sakit khusus ibu dan anak. Dia berpendapat, pelayanan maternal tidak layak jika dicampur dengan pasien yang sakit. Dari pertemuan tersebut juga muncul ide untuk mensosialisasikan program pranikah melalui paket-paket wedding organizer.

Walikota termuda ini mengaku siap mendukung suksesnya Pendataan Keluarga tahun 2021. Banyaknya manfaat yang ada dalam pendataan ini yang melatarbelakangi hal itu.

"Ini komitmen kami semua untuk menyukseskan pendataan keluarga untuk memotret data keluarga yang akurat, karena memiliki banyak fungsi, salah satunya mengetahui stunting dalam keluarga dan ibu hamil," ujar Gibran.

Pada 1 April hingga 31 Mei nanti sebanyak 193 ribu keluarga di Solo akan didata untuk menjawab 53 variabel yang ditanyakan kader pendata. Data ini bersifat mikro sehingga sangat menggambarkan secara riil mengenai kondisi keluarga untuk menentukan kebijakan berbasis keluarga.

Dalam pertemuan tersebut Kepala BKKBN didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Widwiono dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Surakarta, Purwanti.

KEYWORD :

Hasto Wardoyo Kamatian Ibu Kamtian Bayi Stunting Solo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :