Jum'at, 19/04/2024 10:26 WIB

Rouhani Tegaskan Tidak akan Ubah Isi Pakta Nuklir 2015

Pakta nuklir atau yang dikenal dengan sebutan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) tidak dicapai dengan mudah karena dicapai setelah dari 10 tahun upaya diplomatik.

Presiden Iran, Hassan Rouhani berpidato di pertemuan para gubernur dan kepala pemerintah provinsi di Teheran pada 27 Januari 2020. (Foto: president.ir)

Teheran, Jurnas.com - Presiden Iran, Hassan Rouhani menolak seruan perubahan isi kesepakatan nuklir 2015 dan partisipan aslinya. Hal itu disampaikan setelah Prancis mengatakan setiap negosiasi baru tentang perjanjian multilateral juga harus mencakup Arab Saudi.

Berbicara pada pertemuan kabinet di Teheran pada Rabu (3/2), Rouhani mengatakan, pakta nuklir atau yang dikenal dengan sebutan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) tidak dicapai dengan mudah karena dicapai setelah dari 10 tahun upaya diplomatik.

"Tidak ada pasal JCPOA yang akan diubah. Tidak seorang pun juga akan ditambahkan ke JCPOA. Jika kami 4 + 1, kami akan tetap sama. Kalau kita 5 + 1, kita akan tetap sama," ujar Rouhani seperti dilansir dari Press TV.

Rouhani menanggapi seruan untuk melibatkan Arab Saudi dan negara-negara Teluk Persia lainnya dalam pembicaraan menghidupkan kembali JCPOA.

Seruan terbaru datang dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang meminta agar Riyadh dan sekutu regional Paris dilibatkan dalam perundingan tersebut. "Dialog dengan Iran akan ketat, dan mereka perlu menyertakan sekutu kami di kawasan itu untuk kesepakatan nuklir, dan ini termasuk Arab Saudi," kata Macron kepada Al Arabiya.

Negeri Para Mullah telah berulang kali mengatakan JCPOA adalah kesepakatan yang sudah selesai, menolak negosiasi ulang atau amandemen apa pun.

JCPOA dicapai antara Iran dan sekelompok negara yang kemudian dikenal sebagai P5 + 1 yang meliputi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman pada Juli 2015. Itu diratifikasi dalam bentuk Dewan Keamanan PBB Resolusi 2231.

Namun, pada Mei 2018, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik negaranya keluar dari JCPOA dan memberlakukan kembali sanksi yang telah dicabut berdasarkan kesepakatan yang didukung PBB.

Iran tetap sepenuhnya mematuhi JCPOA selama satu tahun penuh, sebagaimana diverifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menunggu penandatangan bersama untuk menghormati komitmen mereka dan mengimbangi dampak penarikan AS.

Namun, karena pihak-pihak Eropa terus mengingkari kewajiban mereka, Republik Islam pada Mei 2019 memutuskan untuk menangguhkan komitmen JCPOA berdasarkan pasal kesepakatan yang mencakup hak hukum Teheran jika pihak lain tidak patuh.

Pengganti Trump, Joe Biden, telah berjanji untuk mengembalikan kesepakatan tersebut jika Iran kembali pada kepatuhan. Meksi begitu, Iran mengatakan AS harus terlebih dahulu membuktikan tekadnya dengan mencabut sanksi.

Di bagian lain dalam pidatonya, Rouhani mengatakan Iran merasa bahwa opini publik dan politisi dunia, termasuk yang ada di AS percaya bahwa JCPOA menguntungkan keamanan, perdamaian, dan interaksi antar negara.

KEYWORD :

Iran Pakta Nuklir Amerika Serikat Arab Saudi Hassan Rouhani Joe Biden




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :