Jum'at, 19/04/2024 20:09 WIB

Tahukah Kalau IBD, Penyakit Autoimun di Saluran Cerna Dapat Menyebabkan komplikasi dan kematian?

IBD merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.

Ilustrasi rasa sakit di bagian perut

Jakarta, Jurnas.com - Penyakit Inflammatory bowel disease (IBD) yang merupakan penyakit autoimun yang juga dikenal dengan peradangan usus kronis. Apabila tidak diobati dengan tepat akan berakibat komplikasi hingga kematian bagi penderitanya.

IBD merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.

IBD ditandai dengan episode peradangan saluran cerna berulang yang disebabkan oleh respon imun yang abnormal terhadap mikroflora usus. Namun, secara klinis IBD sering secara keliru disamakan dengan irritable bowel syndrome (IBS).

Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RSCM-FKUI Profesor Murdani Abdullah menjelaskan IBD dan IBS adalah dua gangguan pencernaan yang berbeda, meskipun perbedaan keduanya dapat membingungkan banyak orang.

“Baik IBD maupun IBS menyebabkan sakit perut, kram, dan buang air besar yang mendesak (diare). Namun IBS masih diklasifikasi sebagai gangguan fungsional dan tidak menimbulkan peradangan, sedangkan IBD sudah diklasifikasi sebagai gangguan organik yang disertai dengan kerusakan pada saluran cerna, “ tutur Prof. Murdani dalam diskusi virtual, Rabu (20/1/2021).

Prof. Murdani menerangkan, IBD tentu lebih berbahaya karena dapat menyebabkan peradangan yang merusak dan kerusakan ini bisa bersifat permanen pada usus, bahkan salah satu komplikasinya bisa meningkatkan risiko Kanker Usus Besar.

Pada dasarnya, IBD terbagi menjadi 2 tipe, yaitu ulcerative colitis (UC) dan crohn’s disease (CD). Kini terdapat juga tipe yang lain dari IBD, yaitu colitis indeterminate (unclassified).

Pada ulcerative colitis (UC), terjadi peradangan dan luka di sepanjang lapisan superfisial usus besar dan rektum, sehingga sering merasa nyeri di bagian kiri bawah perut. Sedangkan pada Crohn’s Disease (CD), terjadi peradangan hingga lapisan saluran pencernaan yang lebih dalam, sehingga sering merasa nyeri di bagian kanan bawah perut namun pendarahan dari rektum cenderung lebih jarang.

Prof. Murdani menambahkan, gejala penyakit radang usus berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan peradangan dan lokasi terjadinya peradangan.

“Namun pada UC dan CD, keduanya memiliki tanda dan gejala umum yang perlu diwaspadai seperti diare, kelelahan, sakit perut dan kram, nafsu makan berkurang, darah pada feses, dan penurunan berat badan,” kata Prof. Murdani.

“Pada dasarnya, penyebab IBD belum diketahui jelas. IBD ini tentu disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh. Namun, kesalahan pada diet dan tingkat stress berlebih juga bisa memicu terjadinya IBD. Faktor keturunan juga berperan dalam IBD meskipun angka penderitanya sangat sedikit,” jelasnya.

Prof Murdani mengingatkan, IBD yang dibiarkan bisa memperparah kondisi pasien akibat komplikasi yang ditimbulkan.

Pada UC, komplikasi yang dialami pasien bisa berupa toxic megalocon atau pembengkakan usus besar yang beracun. Perforated colon atau lubang pada usus besar hingga dehidrasi berat dan meningkatkan risiko Kanker Usus Besar.

Pada CD, penderitanya bisa mengalami bowel obstruction, malnutrisi, fistulas, dan anal fissure (robekan pada jaringan anus ). Kata Murdani jika kedua jenis IBD ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi seperti penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya.

Apabila Anda merasa mengalami gejala IBD diatas, jangan ragu untuk segera lakukan pemeriksaan ke dokter agar mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Jangan disepelekan.

KEYWORD :

IBD Autoimun Radang Usus Kronis Resiko




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :