Rabu, 24/04/2024 15:55 WIB

Mengecewakan! Cuman 2 Importir Jalankan Operasi Kedelai Murah Kementan

Operasi pasar kedelai murah tersebut tidak berjalan sesuai rencana. 

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengunjungi pengrajin tahu tempe dan sekaligus melakukan gerakan stabilisasi pasokan dan harga pasar kedelai di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (7/1).

Jakarta, Jurnas.com - Ternyata hanya dua perusahaan yang menjalankan operasi pasar kedelai murah yang dicanangkan Kementerian Pertanian (Kementan).

Begitu kata ketua Gabungan Koperasi Tempe dan Tahun Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RPDU) bersama Komisi IV DPR, Jakarta, Rabu (20/1).

"Dari sekian belas jumlah importir kedelai, hanya dua perusahaan yang menjalan operasi pasar, yakni PT FKS Multi Agro dan PT GCU. Kuota operasi pasar yang harus dikeluarkan dua perusahaan tersebut sebanyak 200 ribu ton," ujarnya.

Menurut Aip, operasi pasar kedelai murah tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Awalnya, produsen maupun pengrajin tempe dan tahu sangat senang lantaran bisa mendapatkan kedelai dengan harga Rp 8.500 per kg.

"Setelah diputuskan mau operasi pasar, kita senang sekali. Namun, ternyata keputusan yang diputuskan Kementan itu prakteknya di lapangan tidak sesuai," kata Aip.

Menurut Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini rata-rata harga jual kedelai di Indonesia di tingkat pengrajin sekitar Rp 9.500 per kg - Rp 9.600 per kg. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga normal sekitar Rp 6.000 per kg - Rp 7.000 per kg

Sementara itu, Wakil Ketua Gakoptindo, Sutaryo juga membenarkan bahwa terdapat masalah sejak perjanjian operasi pasar direncanakan.

Seperti diketahui, pertemuan antara pengrajin dan importir dilakukan pada 5 Januari 2020 di Kantor Pusat Kementan. Menurut dia, seharusnya pihak yang mengumpulkan dan memfasilitasi pertemuan adalah Kementerian Perdagangan.

"Kemudian (keputusan operasi pasar) ini hanya searah keinginan pemerintah melalui Kementan. Belum diterima importir (tapi) diekspose," kata Sutaryo.

Saat rencana operasi pasar tersebut dibahas, lanjut Sutaryo, para perwakilan Gakoptindo berada di luar ruangan rapat. Para importir pun rapat bersama para pimpinan rapat dari Kementan. Namun, para importir justru tidak menyanggah keinginan Kementan.

Alhasil, diputuskan alokasi operasi pasar kedelai sebesar 12,5 persen dari realisasi impor tahun 2020 atau sebanyak 317 ribu ton.

"Begitu rapat tanggal 5 Januari, tanggal 7 Januari diekspose sama menteri (pertanian). Saya kumpul dengan importir-importir (menanyakan) siap tidak? ternyata tidak siap. Loh kok tidak siap diekspos?" ujarnya.

Pihaknya pun menyayangkan proses pembahasan operasi pasar tersebut yang dinilai kurang dibahas secara mendalam. Dampaknya, para pengrajin tahu dan tempe dari berbagai daerah telah menghubungi Gakoptindo untuk bisa mendapatkan kedelai murah.

"Kita tidak bisa karena yang punya barang itu importir, ternyata begitu dialokaskan oleh Kementan, barang tidak ada," kata dia.

Ketua Akindo, Yusan mengaku dipaksa dalam penentuan harga dalam operasi pasar kedelai. Dengan kata lain, importir menjual di bawah harga pasar.

KEYWORD :

Operasi Pasar Kedelai Apindo Importir Kedelai Gakoptindo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :