Rabu, 17/04/2024 02:03 WIB

Akindo Bongkar Alasan Mahalnya Harga Kedelai dalam Negeri

Produk kedelai AS (Foto: Reuters)

Jakarta, Jurnas.com - Para importir kedelai yang tergabung dalam Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) mengatakan, kenaikan harga kedelai dalam negeri sudah sesuai dengan pasar internasional.

"Kami dari importir berusaha berkerja seefisien mungkin sehingga tidak ada ekstra cost, sehingga harga itu efisien sampai ke pengrajin dan produsen," kata Ketua Akindo, Yusan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IV DPR, Jakarta Rabu (20/1).

Menurut Yusan, kenaikan harga kedelai buntut dari pandemi virus corona (COVID-19) dan cuaca La Lina yang menghantam negara prosuden seperti Brasil yang berakibat menurunnya hasil panen.

Kondisi itu diperparah ketika China yang menjadi konsumen terbesar kedelai di dunia memusatkan pembelian ke Amerika Serikat (AS), yang membuat stok berkurang dan Indonesia ikut terkenda dampaknya. 

"Nah, ini yang memang mengganggu stok di Amerika. Stok AS menjadi tipis sehingga harga pun ikut naik dalam negeri. Belum lagi faktor pengangkutan dimana sekarang terjadi ketidakseimbangan logistik, ketersediaan kontainer sangat ketat," jelasnya.

Yusan mengatakan, harga kedelai di Mei 2020 masih USD9 per gantang, sekarang sudah USD13-14 per gantang. Dengan harga itu, maka rerata harga jual kedelai di Indonesia di tingkat pengrajin sekitar Rp 9.500 per kg - Rp 9.600 per kg.

Harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga normal sekitar Rp 6.000 per kg - Rp 7.000 per kg atau sebelum aksi mogok produksi oleh Gabungan Koperasi Tempe dan Tahun Indonesia (Gakoptindo) pada 1-3 Januari 2021.  

Meski begitu, Akindo menjamin ketersediaan pasokan kedelai dalam negeri. "Kita jaga supply dan deman. Sekarang harga naik, tapi kami menjamin bahwa stok barang akan ada terus. Kami sediakan barang sesuai dengan kebutuhan," kata Yusan.

 

KEYWORD :

Akindo Harga Kedelai Kedelai Mahal Pandemi COVID-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :