Selasa, 23/04/2024 16:40 WIB

PBB: Serangan Nagorno-Karabakh Bisa Jadi Kejahatan Perang

Pertempuran sengit berlanjut di sepanjang garis depan konflik yang telah menewaskan sedikitnya 1.000 orang, dan mungkin lebih banyak lagi. 

Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) Michelle Bachelet (Foto: Denis Balibouse/Reuters)

Yerevan, Jurnas.com  - Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Bangsa-Bangsa (PBB), Michelle Bachelet mengatakan, serangan artileri terhadap warga sipil dalam konflik Nagorno-Karabakh dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Bachelet kembali menyerukan kepada Azerbaijan dan Armenia untuk menghentikan serangan terhadap kota-kota, sekolah dan rumah sakit di kantong gunung.

Secara terpisah, Perdana Menteri Armenia, Armenia Nikol Pashinyan menyerukan penyelidikan keberadaan tentara bayaran asing di Nagorno-Karabakh setelah pasukan etnis Armenia mengatakan menangkap dua pejuang dari Suriah.

Azerbaijan membantah kehadiran kombatan asing.

Pertempuran sengit berlanjut di sepanjang garis depan konflik yang telah menewaskan sedikitnya 1.000 orang, dan mungkin lebih banyak lagi. Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.

Menurut Bachelet, serangan tanpa pandang bulu di daerah berpenduduk di dalam dan sekitar zona konflik melanggar hukum humaniter internasional.

Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa seruan berulang kali kepada Armenia dan Azerbaijan untuk menghindari hilangnya nyawa warga sipil dan kerusakan infrastruktur sipil tidak diindahkan.

"Sebaliknya, rumah-rumah hancur, jalanan menjadi puing-puing, dan orang-orang terpaksa mengungsi atau mencari keselamatan di ruang bawah tanah," katanya.

"Serangan seperti itu harus dihentikan dan mereka yang bertanggung jawab untuk melakukannya, atau memerintahkannya, harus dimintai pertanggungjawaban," sambungnya.

Hanya beberapa jam setelah setuju di Jenewa pada Jumat untuk menghindari penargetan warga sipil yang disengaja, Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh sekali lagi menuduh satu sama lain melakukan penembakan di daerah pemukiman.

Mengutip data dari kedua sisi konflik, Bachelet mengatakan sekitar 40.000 Azeri telah mengungsi sementara akibat pertempuran terakhir sementara sekitar 90.000 etnis Armenia telah melarikan diri dari Nagorno-Karabakh dan saat ini berada di Armenia.

Kelompok hak asasi internasional juga menuduh kedua belah pihak menggunakan munisi tandan yang dilarang, paling baru dalam penembakan di kota Azeri Barda pada Rabu.

Kementerian Luar Negeri Armenia mengatakan bahwa Tentara Pertahanan Artsakh, sebutan untuk pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, telah menangkap dua kombatan Suriah selama akhir pekan, satu dari provinsi Idlib dan lainnya dari Hama.

Pashinyan mengatakan dalam sebuah posting Facebook bahwa keterlibatan tentara bayaran asing adalah ancaman tidak hanya bagi keamanan Nagorno-Karabakh dan Armenia tetapi juga bagi keamanan internasional dan masalah ini harus menjadi subjek penyelidikan internasional.

Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh mengatakan pertempuran sengit terjadi di sepanjang bagian garis depan pada Senin dan telah memukul mundur satu peleton Azeri. Seorang juru bicara kementerian mengatakan seorang wakil komandan tentara Artsakh tewas dalam pertempuran itu.

Juru bicara kementerian pertahanan Armenia Shushan Stepanyan mengatakan tembakan artileri menewaskan satu warga sipil dan melukai dua lainnya di wilayah Syunik selatan negara itu.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan telah menangkis serangan terhadap posisinya di dataran tinggi distrik Zangilan, antara daerah kantong dan perbatasan Iran, sementara unit militer di wilayah Gazakh, Tovuz dan Dashkesan juga diserang.

Presiden Azeri Ilham Aliyev menulis di Twitter bahwa Azerbaijan telah merebut kembali delapan permukiman di wilayah Zangilan, Gubadli dan Jabrayil. (Reuters)

KEYWORD :

Serangan Nagorno-Karabakh Kejahatan Perang Michelle Bachelet




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :