Rabu, 24/04/2024 12:08 WIB

Dana Iran yang Dibekukan di Bank Irak Akhirnya Dibuka

Musim panas ini, anggota Kamar Dagang Iran-Irak Hamid Hosseini memperkirakan hingga $ 5 miliar dana Iran dibekukan di bank-bank Irak sebagai akibat dari sanksi AS yang menargetkan ekonomi Iran.

Bendera kebangsaan Iran (Foto: AFP)

Teheran, Jurnas.com - Bank Sentral Iran (CBI) mengumumkan kesepakatan telah dicapai dengan para pejabat Irak untuk membuka kunci dana Iran yang dibekukan di bank-bank Irak sebagai bagian dari sanksi Amerika Serikat (AS) untuk membeli barang-barang kemanusiaan.

Pengumuman itu menyusul keputusan Washington pekan lalu untuk memasukkan seluruh sektor keuangan Iran ke dalam daftar hitam, langkah yang dinilai akan menghambat kemampuan Teheran membeli makanan dan obat-obatan penting saat memerangi krisis COVID-19.

Gubernur CBI Abdolnasser Hemmati memimpin delegasi perbankan dan bisnis Iran ke Baghdad pada Senin dan bertemu dengan kepala bank sentral Irak, menteri keuangan dan perdana menteri.

"Selama negosiasi ini, terutama dalam pembicaraan trilateral dengan kepala bank sentral dan Bank Perdagangan Irak, kami mencapai kesepakatan yang baik untuk membebaskan dana CBI dan menggunakannya untuk mengimpor barang-barang penting ke negara kami," tulis Hemmati di Instagram pada Senin (12/10).

"Kami juga melakukan pembicaraan ekstensif tentang hubungan perdagangan," katanya tanpa merinci lebih lanjut.

Perjanjian bilateral itu datang beberapa minggu setelah Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein menyelesaikan perjalanan diplomatik dua hari ke Teheran untuk meningkatkan hubungan politik dan ekonomi dan bertemu dengan pejabat tinggi Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani.

Musim panas ini, anggota Kamar Dagang Iran-Irak Hamid Hosseini memperkirakan hingga $ 5 miliar dana Iran dibekukan di bank-bank Irak sebagai akibat dari sanksi AS yang menargetkan ekonomi Iran.

Dana yang dibekukan tersebut terutama berasal dari ekspor listrik dan gas alam Iran ke tetangganya.

Ekonomi Iran telah terpukul dengan rentetan sanksi ekonomi yang tiada henti oleh Washington setelah Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara Iran dan kekuatan dunia.

Setelah AS menjatuhkan sanksi atas ekspor energi Iran pada November 2018, Washington telah memperpanjang keringanan 45 hari atau 90 hari yang memungkinkan Irak untuk mengimpor energi dan gas alam Iran.

Departemen Luar Negeri AS telah mengatakan dalam beberapa kesempatan Washington terus bekerja dengan Irak untuk mengakhiri ketergantungannya pada gas alam Iran dan meningkatkan kemandirian energinya.

Pada Senin, Hemmati mengatakan Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi menyambut baik perjanjian tersebut dan akan memantau pelaksanaannya setiap minggu.

"Dalam kerangka perjanjian ini, Republik Islam berencana untuk menarik diri dari sumber keuangan ini berdasarkan kebutuhannya," tulis Hemmati.

Berita itu muncul beberapa hari setelah AS memberlakukan putaran baru sanksi terhadap 18 bank Iran, yang secara efektif memasukkan seluruh sektor keuangan Iran ke dalam daftar hitam.

Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran, impor obat dan makanan ke Iran dapat lebih terpengaruh di negara yang memerangi wabah virus korona terburuk di Timur Tengah karena beberapa bank yang terkena sanksi secara khusus memfasilitasi transaksi perdagangan kemanusiaan.

Menyusul sanksi baru, mata uang nasional Iran mencapai tingkat pasar terbuka terendah sepanjang masa di 310.000 real per $1 pada hari Minggu.

Iran mencatat angka kematian virus korona satu hari tertinggi 272 dan tingkat infeksi satu hari tertinggi 4.206 pada Senin. Hampir 29.000 orang Iran telah kehilangan nyawa karena penyakit tersebut. (Aljazeera)

KEYWORD :

Bank Sentral Iran Irak Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :