Rabu, 09/10/2024 01:38 WIB

Luar Negeri

Bentrok Ethiopia, 52 Orang Meninggal

Ketika polisi melepaskan gas air mata dan tembakan ke udara, massa kabur sehingga menimbulkan kekacauan, beberapa di antaranya terjatuh ke dalam selokan yang dalam.

Addis Ababa -   Kerusuhan yang terjadi di wilayah Oromiya, Ethiopia menewaskan 52 orang. Insiden itu dipicu ketika kepolisian menggunakan gas air mata dan melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan unjuk rasa anti pemerintahan saat berlangsungnya festival keagamaan.

Pihak oposisi  mengatakan setidaknya 50 orang tewas dalam festival tahunan itu, ketika beberapa orang meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah dan mengibarkan bendera kelompok pemberontak.

Unjuk rasa sporadis meletus di Oromiya dalam dua tahun terakhir yang diawali sengketa tanah, namun kemudian semakin meluas menentang pemerintah. Sejak akhir 2015, sejumlah pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan dengan polisi.

Sebelum kejadian, ribuan orang mengikuti festival tahunan Irreecha di kota Bishoftu, sekitar 40 km selatan ibukota Addis Ababa. Massa meneriakkan "Kami ingin kebebasan" dan "Kami ingin keadilan", serta mencegah warga senior yang dinilai dekat dengan pemerintah untuk  memberikan pidato.

Beberapa pengunjuk rasa melambaikan bendera merah, hijau, kuning Fron Pembebaan Oromo, kelompok pemberontak yang oleh pemerintah dicap sebagai organisasi teroris, kata saksi.

Ketika polisi melepaskan gas air mata dan tembakan ke udara, massa kabur sehingga menimbulkan kekacauan, beberapa di antaranya terjatuh ke dalam selokan yang dalam.

Saksi mengatakan,  melihat orang-orang menarik keluar selusin atau lebih korban, yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Puluhan  orang yang juga tidak bergerak, nampak diangkut dengan truk bak terbuka ke sebuah rumah sakit, kata seorang saksi.

"Akibat kerusuhan itu, nyawa-nyawa melayang dan beberapa orang terluka dibawa ke rumah sakit," kata kantor humas pemerintah dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan data. "Mereka yang bertanggung jawab akan diadili."

Pemimpin oposisi Kongres Federalis Oromo, Merera Gudina mengatakan kepada Reuters, setidaknya 50 orang tewas, berdasar rincian yang diberikan oleh keluarga korban. Ia mengatakan pemerintah berupaya menggunakan acara itu untuk menunjukkan bahwa situasi di Oromiya tenang. "Namun warga masih berunjuk rasa," katanya.

Pemerintah menyalahkan kelompok pemberontak dan pembangkang di luar negeri karena menggerakkan unjuk rasa itu dan memprovokasi kekerasan. Pemerintah membantah tuduhan bahwa mereka membungkam kebebasan berbicara maupun para lawannya.

KEYWORD :

Rusuh Ethiopia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :