Kamis, 18/04/2024 22:04 WIB

Ikuti Jejek UEA, Bahrain Normaliasasi Hubungan dengan Israel

Pernyataan bersama itu juga menyebutkan bahwa Menteri Luar Negeri Bahrain, Abdullatif Al Zayani akan bergabung dalam upacara itu dan menandatangani Deklarasi Perdamaian bersejarah dengan Netanyahu.

Pemain sepak bola, Hakeem al-Araibi ditangkap dan disiksa pemerintah Bahrain setelah pemberontakan Musim Semi Arab (Foto: Reuters)

Washington, Jurnas.com - Bahrain mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA) untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada Jumat (11/9). Keputusan tersebut akan membuat Palestina semakin terisolasi.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berkicau berita tersebut setelah berbicara melalui telepon dengan Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

"Ini benar-benar hari yang bersejarah," kata Trump kepada awak media di Oval Office, mengatakan bahwa dia yakin negara lain akan mengikuti.

"Pembukaan dialog langsung dan hubungan antara dua masyarakat dinamis dan ekonomi maju akan melanjutkan transformasi positif Timur Tengah dan meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan," katanya dalam pernyataan bersama.

Pengumuman itu muncul satu bulan setelah UEA, setuju menormalkan hubungan dengan Israel di bawah kesepakatan yang ditengahi AS yang dijadwalkan akan ditandatangani pada upacara Gedung Putih yang diselenggarakan Trump pada 15 September.

Upacara pendandanganan normaliasai hubungan antara Israel-UEA akan dihadiri langsung Perdana Menteri Netanyahu dan Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan.

Pernyataan bersama itu juga menyebutkan bahwa Menteri Luar Negeri Bahrain, Abdullatif Al Zayani akan bergabung dalam upacara itu dan menandatangani Deklarasi Perdamaian bersejarah dengan Netanyahu.

Pada Jumat (11/9), Netanyahu mengatakan keputusan Bahrain menandai era baru perdamaian.

"Selama bertahun-tahun yang panjang, kami berinvestasi dalam perdamaian, dan sekarang perdamaian akan berinvestasi pada kami, akan menghasilkan investasi yang benar-benar besar dalam ekonomi Israel - dan itu sangat penting," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri UEA, Hend al-Otaiba mengucapkan selamat kepada Bahrain dan Israel, dengan mengatakan keputusan tersebut menandai pencapaian penting dan bersejarah lainnya yang akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan.

Tetapi warga Palestina kecewa, takut langkah UEA dan sekarang Bahrain akan melemahkan posisi pan-Arab yang telah lama ada yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah pendudukan dan penerimaan kenegaraan Palestina dengan imbalan hubungan normal dengan negara-negara Arab.

"Dengan menormalisasi hubungan dengan pendudukan, Bahrain melanggar semua resolusi Arab. Itu ditolak, dikutuk, dan itu mewakili pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina," kata Wassel Abu Youssef, pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah.

Di Gaza, juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan keputusan Bahrain untuk menormalisasi hubungan dengan Israel merupakan kerugian besar bagi perjuangan Palestina, dan mendukung pendudukan.

KEYWORD :

Bahrain Uni Emirat ArabIsrael Amerika Serikat Negara Teluk




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :