Kamis, 25/04/2024 22:00 WIB

Edy Mulyadi Sebut Pertamina Buntung Sejak Ahok Jadi Komut

Selama berbulan-bulan harga minyak dunia anjlok, Pertamina tetap menjual BBM dalam negeri dengan harga tinggi

Edy Mulyadi, Kritikus Pemerintah, Ketua Umum Front Anti Komunis Indonesia (FAKI)

Jakarta, Jurnas.com - Aktivis yang dikenal sebagai kritikus pemerintah, Edy Mulyad, menilai kehadiran Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) membuat PT. Pertamina (Persero) jadi buntung.

Edy menjelaskan, sepanjang semester 1-2020 Pertamina mencatat rugi bersih Rp11,3 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, BUMN ini meraup laba Rp38,5 triliun.

"Ini terjadi ketika Ahok didapuk menjadi Komut Pertamina. Padahal, Eric Thohir mengatakan Ahok ditugaskan untuk mendobrak dan menyikat mafia migas. Dia juga diharapkan bisa mempercepat pembangunan kilang," ujar Edy dalam tulisannya yang disebar di media sosial, Rabu (26/8/2020).

Sampai kini, kata Edy, publik tidak mendengar ada satu pun mafia migas yang diberangus. Soal pembangunan kilang pun setali tiga uang. Jangankan dibangun, kabarnya sayup-sayup pun tak terdengar.

"Soal Ahok yang tegas dan berani, itu hanya mitos yang dibangunnya dengan media," tegasnya.

Bagi Edy, Ahok hanyalah manusia yang hobi marah-marah dan membentak-bentak.

Di awal penugasannya, Edy menyebut Ahok sesumbar, bahwa merem saja Pertamina bisa untung. Tapi memang harus diawasi. Bahkan dia juga mengklaim penugasannya itu untuk mengembalikan uang Pertamina.

"Kini faktanya dia justru membuat Pertamina kehilangan uang," tukas Edy.

Soal memperbaiki kinerja keuangan Pertamina, Edy menilai alih-alih mempertahankan apalagi meningkatkan laba, yang terjadi justru Pertamina dihantam rugi sangat besar, Rp11,3 triliun.

Edy juga meminta Ahok jangan menjadikan pandemi Covid-19, situasi global, atau yang lainnya sebagai dalih untuk menutupi kelemahan. Sebab banyak perusahaan minyak dunia lainnya masih bisa memetik untung.

Edy pun menyebut Sinopec Cina yang labanya justru naik dari 14,76 miliar yuan jadi 19,78 miliar yuan. Lalu, Shell Belanda. Labanya memang turun dari US$3,5 miliar, tapi tetap masih untung US$2,9 miliar. Bahkan
Petronas, juga masih mencetak laba US$4,5 miliar, walau turun dari
Laba US$14,2.

"Jadi, tidak perlu mencari-cari justifikasi untuk menutupi ketidakmampuan," katanya.

Apalagi, tukas Edy lagi, selama berbulan-bulan harga minyak dunia anjlok, Pertamina tetap menjual BBM di dalam negeri dengan harga tinggi. Sebaliknya di banyak negara lain, harga jual BBM mereka di pasar lokal dipangkas gila-gilaan.

"Di Malaysia, harga BBM selevel Pertamax cuma dibanderol Rp4.250/liter. Di AS, BBM setara premium cuma dijual Rp2.500/liter," ungkapnya.

Berbekal serenceng fakta tersebut, Edy menilai Ahok sama sekali tidak layak menjadi Komut Pertamina. Terlebih lagi rekam jejaknya selama di DKI amat buruk.

"Eric Tohir harus bertanggungjawab. Dia musti segera mencopot Ahok. Eric tidak boleh membuat BUMN, apalagi Pertamina, makin babak-belur dan akhirnya hancur-lebur," tuntas Edy Mulyadi, Presidium Aliansi Selamatkan Merah Putih (ASMaPi).

KEYWORD :

Basuki Tjahaja Purnama PT Pertamina (Persero) Edy Mulyadi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :