Selasa, 23/04/2024 13:30 WIB

Abaikan AS, Rusia-Turki Setujui Pengiriman Kedua S-400

Washington mengklaim bahwa sistem pertahanan S-400 tidak kompatibel dengan peralatan NATO dan dapat mengekspos F-35 ke kemungkinan tipu daya Rusia.

sistem rudal pertahanan udara S-400 canggih di lokasi yang dirahasiakan di Rusia. (Foto oleh kantor berita Sputnik)

Anakara, Jurnas.com - Kepala Layanan Federal untuk Kerja Sama Teknik Militer, Dmitry Shugaev mengatakan Rusia dan Turki pada prinsipnya sudah menyetujui pengiriman kedua sistem pertahanan rudal S-400 meskipun mendapat tentangan kuat dari Amerika Serikat (AS).

Shugaev mengatakan pada Minggu (23/8) bahwa Moskow dan Ankara sedang dalam tahap diskusi lanjutan tentang pengiriman gelombang kedua S-400 Triumf, tetapi perjanjian tersebut belum ditandatangani.

"Kami menunggu keputusan dari mitra Turki untuk menandatangani kontrak opsi lain," kata Shugaev dalam wawancara dengan Zvezda TV, yang dijalankan Kementerian Pertahanan Rusia.

Juga pada hari yang sama, kepala perusahaan senjata Rostec Rusia, Sergei Chemezov mengatakan, Moskow kemungkinan akan mencapai kesepakatan untuk pengiriman gelombang kedua S-400 ke Turki tahun depan.

Rostec adalah perusahaan milik Rusia yang berbasis di ibu kota Moskow yang berspesialisasi dalam mengkonsolidasikan perusahaan-perusahaan yang secara strategis penting, terutama di industri pertahanan dan teknologi tinggi.

Pada akhir 2017, Ankara menandatangani kesepakatan senilai USD2,5 miliar dengan Moskow untuk mendapatkan S-400, sistem pertahanan permukaan ke udara yang dirancang untuk menghancurkan pesawat, rudal jelajah dan balistik sejauh 402 kilometer. Sebelumnya hanya dijual ke China dan India.

Kepala Direktorat Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir  sebelumnya mengatakan bahwa Rusia dan Turki pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan tentang pasokan S-400 gelombang kedua.

Pengiriman peluncur S-400 ke Turki dimulai pada Juli 2019, membuat marah AS, yang sudah lama memperingatkan bahwa Turki, anggota NATO, tidak dapat memiliki jet tempur siluman S-400 dan Lockheed Martin F-35 milik Amerika.

Washington mengklaim bahwa sistem pertahanan S-400 tidak kompatibel dengan peralatan NATO dan dapat mengekspos F-35 ke kemungkinan tipu daya Rusia. Baik Turki dan Rusia menolak tuduhan tersebut dan melanjutkan pembicaraan tentang batch tambahan S-400.

Kesepakatan S-400 Rusia-Turki juga membayangkan transfer sebagian teknologi produksi ke pihak Turki.

Karena Ankara tidak menyerah pada tekanan AS, kesepakatan S-400 mendorong Washington untuk mengancam sanksi dan menangguhkan keterlibatan Turki dalam program jet F-35. Washington selanjutnya mengkondisikan pasokan rudal Patriotnya ke Turki dengan mengembalikan sistem S-400 yang sudah dibeli kembali ke Rusia.

Turki, yang merupakan anggota NATO pertama yang membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia sudah menerima satu set resimen sistem rudal canggih.

Ankara berusaha untuk memperkuat pertahanan udaranya, terutama setelah Washington memutuskan pada 2015 untuk menarik sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot dari perbatasan Turki dengan Suriah, sebuah langkah yang melemahkan pertahanan udara Turki.

Sebelum tertarik pada Rusia, militer Turki dilaporkan keluar dari kontrak senilai USD3,4 miliar untuk sistem serupa China. Penarikan itu terjadi di bawah tekanan yang diklaim dari Washington. (Press TV)

KEYWORD :

Rudal S-400 Rusia Turki Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :