Jakarta - Kehadiran PDIP dalam koalisi sebagai partai pendukung tambahan, memicu ketegangan didalam tim pemenangan Ahok. Pasalnya, PDIP yang mengklaim sebagai "pengusung utama" Ahok justru menimbulkan ketersinggungan bagi Golkar, Nasdem dan Hanura.
Akibatnya, terjadi ketegangan diantara partai-partai pengusung Ahok hingga merembet pada sengketa penentuan ketua tim pemenangan.
PDIP membela diri. PDIP merasa klaim sebagai parpol pengusung utama Ahok tidak salah. Menurutnya, PDIP merupakan partai yang telah lebih awal menjadi pengusung Ahok sejak di Pilkada DKI 2012 lalu.
"Mohon diingat, PDIP adalah pengusung Ahok hingga berakhirnya jabataan kelak. Dia meneruskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan Jokowi yang portofolio-nya disediakan PDIP," ujar politisi PDIP Eva Kusuma Sundari di Jakarta, Jumat (24/9/2016).
Eva mengatakan PDIP memiliki peran yang cukup kuat dalam membesarkan nama Ahok di DKI. Bahkan, kata dia, PDIP menjadi penentu bagi semakin menguatnya elektabilitas Ahok dalam persiapannya sebagai cagub di Pilkada DKI 2017.
"Ini jadi proses yang historis. Ini yang fair. Apalagi kemudian kursi PDIP terbanyak. Harus ada keadilan dalam memotret fakta," paparnya.
Seperti diketahui, ketua tim pemenangan Ahok telah diputuskan sejak sebelum PDIP memastikan diri mendukung pasangan cagub-cawagub Ahok-Djarot. Dari keputusan tiga partai saat itu antara Golkar, Hanura dan Nasdem memilih Nusron Wahid sebagai ketua tim pemenangan Ahok.
Namun posisi yang dipegang Nusron saat ini terancam lepas. Pasalnya, PDIP menuntut hak kursi tersebut diberikan kepada pihaknya.
Ribut Soal Pengusung Utama Ahok PDIP Bela Diri. Politisi PDIP Eva Sundari