Sabtu, 20/04/2024 07:31 WIB

Strategi Produksi Komoditas Hortikultura di Masa Perubahan Iklim

Perubahan iklim tidak lagi sebagai isu, tetapi telah menjadi kenyataan yang memerlukan tindakan nyata secara bersama pada tingkat global, regional maupun nasional.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyantot. (Foto: Humas Horti)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyiapkan sejumlah inisiatif  mengantisipasi potensi gangguan produksi komoditas hortikultura akibat kekeringan dan efek pandemi COVID-19. Perubahan iklim tidak lagi sebagai isu, tetapi telah menjadi kenyataan yang memerlukan tindakan nyata secara bersama pada tingkat global, regional maupun nasional.

Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, Direktoran Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) telah menyusun suatu strategi yang meliputi tiga aspek, yaitu antisipasi, mitigasi, dan adaptasi.

Strategi antisipasi dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap perubahan iklim untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap sektor pertanian. Menurut Prihasto, adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif perubahan iklim.

"Upaya tersebut akan bermanfaat dan lebih efektif bila laju perubahan iklim tidak melebihi kemampuan upaya adaptasi. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan upaya mitigasi, yaitu mengurangi sumber maupun peningkatan penyerap gas rumah kaca," ujar Prihasto.

Sementara itu, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf mengatakan, dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura yang ada di 34 provinsi di Indonesia.

"Ditjen Hortikultura melalui Direktorat Perlindungan Hortikultura telah mengalokasikan anggaran APBN dalam rangka Penanganan Dampak Perubahan Iklim," ujar Yanti.

"Tujuan dari bantuan ini adalah untuk mengamankan produk hortikultura akibat DPI melalui teknologi adaptasi dan mitigasi. Sasarannya adalah lokasi sentra hortikultura yang rawan terkena dampak perubahan iklim," sambungnya.

Bantuan tersebut meliputi kegiatan penunjang operasional penanganan dampak perubahan iklim baik kekeringan dan banjir , yang antara lain berupa teknologi hemat air melalui irigasi, pompanisasi dengan sarana pendukung pipa/pralon/selang, teknologi panen air, sumur dangkal dan sumur dalam, penampungan air sementara.

Yanti megnatakan, ada beberapa poin yang menjadi perhatian terkait budidaya yang tepat di masa perubahan iklim yaitu musim kemarau. Poin tersebut adalah memperhatikan aspek klimatologis seperti pola curah hujan, suhu dan kecepatan dan arah angin, aspek hidrologi, serta keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai dan lahan kering.

"Selain itu memperhatikan infrastruktur dan prasarana pertanian, terutama saluran irigasi dan waduk, sistem produksi pertanian, terutama sistem usaha tani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, volume produksi, serta aspek sosial-ekonomi dan budaya," jelasnya.

Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, lanjut Yanti, akan diperoleh rekomendasi teknologi mitigasi untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian. antara lain melalui penggunaan varietas rendah emisi serta penggunaan teknologi pengelolaan air dan lahan.

KEYWORD :

Strategi Produksi Komoditas Hortikultura Perubahan Iklim




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :