Bursah Zarnubi (topi hitam)
Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi menilai Indonesia akan menjadi negara super power luar biasa pada tahun 2045, manakala mampu memanfaatkan bonus demografi yang didominasi kalangan milenial saat ini.
Kata Bursah, pada 2045 Indonesia akan memasuki negara nomor lima di dunia dengan PDP bisa mencapai 700 USD. Bahkan pada 2050 akan masuk nomor empat di dunia dengan 10.500 USD.
"Pada 2045 kita berpotensi menjadi negara super power. Makanya saya selalu menggaungkan dan menggelorakan bahwa anak-anak muda itu aset masa depan bangsa yang mampu menggerakkan perubahan," ujar Bursah dalam keynote speach diskusi Perkumpulan Gerakan Kebangsaan di Kantor DPP Perkumpulan Gerakan Lebangsaan, Jalan Duren Tiga Raya 7, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (15/2/2020).
Diskusi itu menghadirkan dua pembicara kawakan, yakni Staf Khusus Presiden I Arif Budimanta dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Muhammad Faisal.
Bursah menjelaskan, Indonesia saat ini menghadapi bonus demografi yang mendekati 67 persen lebih. Bila ini dimobilisasi dengan kualitas SDM yang mumpuni, maka Indoensia akan melesat maju.
"Kalau bonus demografi ini mencapai harapan-harapan pemerintah di masa mendatang, maka 67-70 persen struktur bonus demografi ini akan memobilisasi pembangunan yang sangat luar biasa," jelasnya.
Ia juga memaparkan daya ledak dan kekuatan dari bonus demografi ini akan dahsyat, apabila mereka diberikan ruang oleh pemerintah untuk memfasilitasi pertumbuhan sains dan teknologi, juga ruang inovasi untuk kreatifitas.
"Terlebih lagi angkatan muda ini sudah masuk dalam satu lingkungan hidup teknonologi 4.0," jelasnya.
Bursah yang dikenal dekat dengan kalangan mahasiswa, menilai fenomena pemuda milenial Indonesia akan menjadi sejarah yang sangat menentikan masa depan bangsa.
Sebab, jelasnya, para pemuda yang lahir pada 1980-an ke atas, sudah sangat akrab dengan teknologi informasi di dalam lingkungan jaringan internet. Ini membuat dunia semakin sempit.
Kata Bursah, dalam bonus demografi itu terdapat 92 juta kaum milenial, sebagaimana rumusan wiliam straus yang menempatkan kalangan milenial adalah yang lahir awal 1980 dan akhir 2000 an.
"Jadi rentang waktinya antara 17 tahun sampai 40 tahun. Ini puncaknya tahun 2020. Jadi jumlah anak-anak ini sejak 2017 sampai 2020 ini jumlahnya 92 juta. Lebih dari separuh struktur demografi kita," jelas Bursah.
Sayangnya, kata Bursah, perlu dikritisi juga bahwa struktur bonus demografi ini tak terlalu serius dipikirkan oleh pemangku ekonomi, karena pendekatan yang dipakai selama ini adalah pendekatan PDB perkapita.
"Berbeda dengan Jepang yang menggunakan produk per pekerja. Ini yang membuat ada perbedaan para ahli ekonomi," jelasnya.
Bursah Zarnubi Milebial Bonus Demografi