Sabtu, 27/04/2024 09:31 WIB

GP Ansor: Sikap Pemerintah Bersayap Terkait eks WNI Kombatan ISIS

Ada satu pertanyaan, kalau mereka pulang sendiri gimana? atau difasilitasi organisasi yang lain itu bagaimana? itu tidak dijelaskan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas menilai sikap pemerintah tidak tegas terkait pembatalan pemulangan bekas WNI yang menjadi kombatan ISIS.

Walaupun batal memulangkan eks WNInKombatan ISIS, bagi Gus Yaqut, pernyataan pemerintah masih bersayap karena tidak tegas menolak eks kombatan ISIS itu masuk ke Indonesia.

"Apa yang dikatakan pemerintah dengan tidak akan memulangkan eks kombatan ISIS itu menurut saya bersayap. Ada satu pertanyaan, kalau mereka pulang sendiri gimana? atau difasilitasi organisasi yang lain itu bagaimana? apa sikap pemerintah, kemarin itu tidak dijelaskan," ujar Gus Yaqut.

Pernyataan ini ia sampaikan saat menjadi pembicara diskusi Reboan di kantor DPP PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Diskusi itu bertema Kombatan ISIS Tidak Dipulangkan. What`s Next? Selain Gus Yaqut, pembicaranya adalah Pengamat Hubungan Internasional Dinna Wisnu, Pengamat Timur Tengah, Alto Luger.

Selain tidak memulangkan eks kombatan ISIS, kata Gus Yaqut, penerintah harus menjelaskan apakah akan menghalangi mereka pulang, baik secara sukarela atau pun atas fasilitasi organisasi atau kelompok lain.

"Ini yang saya katakan tidak ada ketegasan dari penerintah," ungkapnya.

Gus Yaqut juga bertanya, kenapa data CIA yang digunakan pemerintah dalam membahas masalah ISIS. Padahal pemerintah punya agen intelijen juga, yakni BIN dan BAIS milik TNI.

"Menkopolhukam ngomong berdasarkan data yang diberikan CIA ada sekian ratus WNI yang jadi kompeten ISIS. Menurut saya ini kayak menafikkan lembaga intelegen yang kita punya," jelasnya.

Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah ini mengaku curiga ada semacam konspirasi tertentu terkait wacana pemulangan eks kombatan ISIS. Sebab sudah menjadi rahasia umun bahwa salah satu produsen terorisme adalah Amerika.

"Jangan-jangan data ini data mainan saja. ya kita nggak tahu karena ini yang ngomong CIA," tukasnya.

Lebih jauh Gus Yaqut menilai penting melakukan profiling atas sekian ratus orang mantan WNI yang menjadi kombatan ISIS.

Artinya, dianalisis secara mendalam profil masing-masing orang karena mereka juga tidak bisa digeneralisir. Yang mungkin dipulangkan ya bisa saja dipulangkan, tapi kalau tak ada profiling, maka tak usah dipulangkan sekalian daripada jadi masalah di Indonesia.

Bagi Gus Yaqut, pemerintah sejauh ini hanya mencoba memadamkan api dalam situasi terancam teroris seperti ISIS ini. Pemerintah baginya tak pernah mencari sumber apinya di mana.

"Pemerintah selalu terlambat. Tak ada tindakan preventif. Misalnya, pemerintah membatasi ruang gerak sumber ajaran radikal, yaknu yang kita tahu adalah Wahabi dan Salafi. Ini tak di atasi," jelasnya.

Kita temui di BUMN-BUMN misalnya, banyak pendakwah masih mengajarkan paham salafi dan wahabi. Ini sumber ajaran radikal, maka semestinya kan cari sebabnya lalu diatasi.

KEYWORD :

Kombatan ISIS diskusi Reboan PKB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :