Jum'at, 19/04/2024 21:37 WIB

Universitas Terbuka Kukuhkan Tiga Guru Besar

Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat menyebut guru besar memiliki arti penting bagi komunitas akademik, dalam rangka memantapkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan kewibawaan perguruan tinggi.

Pengukuhan guru besar di Universitas Terbuka (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Universitas Terbuka (UT) menggelar upacara pengukuhan guru besar kepada tiga nama sekaligus, yakni Prof. Dr. Ginta Ginting, Prof. Dr. Mohammad Imam Farisi, dan Prof. Dr. Suciati, pada Selasa (11/2) pagi.

Ketiganya melakukan orasi ilmiah, masing-masing dengan judul `Shared Value Sense: Inovasi dalam Tanggung Jawab Sosial dan Solusi Kreatif Korporasi`; `Pemikiran Pendidikan IPS sebagai Synthetic Discipline dalam Perspektif Sosio-Epistemologis`; dan `Transformasi Digital sebagai Terobosan Teknologi Pendidikan`.

Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat menyebut guru besar memiliki arti penting bagi komunitas akademik, dalam rangka memantapkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan kewibawaan perguruan tinggi.

"Dalam konteks perguruan tinggi jarak jauh, selain mereka sudah mapan dengan bidang ilmunya, mereka juga memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana bidang ilmu itu diterapkan secara jarak jauh," kata Ojat kepada awak media di kampus Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.

Saat ini, lanjut Ojat, Universitas Terbuka yang baru berusia 35 tahun telah memiliki total 12 guru besar di berbagai bidang keilmuan.

Pihaknya juga sedang berupaya untuk melakukan akselerasi (percepatan) guru besar. Langkah konkritnya ialah dengan mendorong para dosen terlibat dalam riset, maupun penerbitan artikel di jurnal internasional bereputasi.

"Targetnya setiap tahun lima orang. Tapi tahun ini ada enam orang. Mudah-mudahan tahun depan bisa minimal lima orang," jelas dia.

(Foto: Rektor dan Ketua Senat UT bersama ketiga guru besar)

Senada dengan Ojat, Ketua Senat Universitas Terbuka Hanif Nurcholis mengatakan bahwa guru besar berperan sebagai penjaga akademik.

Artinya, bila suatu perguruan tinggi tidak memiliki guru besar, maka mutu pembelajaran, riset, dan pengabdiannya patut dipertanyakan.

"Diharapkan kalau UT punya banyak guru besar, ketiga-tiganya baik itu pengajaran, riset, dan pengabdian itu bermutu. Itu adalah rekognisi, pengakuan dari masyarakat," ujar Hanif dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu, ketiga guru besar mendukung langkah Universitas Terbuka untuk mengukuhkan lebih banyak guru besar di masa mendatang.

Suciati mengatakan, akselerasi guru besar tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelayanan UT, namun juga untuk menghasilkan lulusan yang konstruktiuf, kontributif, dan memegang nilai kejujuran.

"Karena kejujuran itu bukan hanya dibawa ketika mereka kuliah di UT, tapi juga ketika mereka sudah menyelesaikan kuliah di UT dan bekerja di masyarakat," tandas Suciati.

KEYWORD :

Universitas Terbuka Guru Besar Ojat Darojat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :