Sabtu, 27/04/2024 12:08 WIB

Menristek Minta Menkes Kurangi Impor Bahan Baku Obat

Pasalnya, menurut Bambang, Indonesia memiliki kekayaan biodiversiti yang dapat diekstraksi menjadi obat herbal, untuk selanjutnya diuji klinis sebagai obat modern.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro (Foto: KSKP)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Induk Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, supaya mengurangi impor bahan baku obat.

Pasalnya, menurut Bambang, Indonesia memiliki kekayaan biodiversiti yang dapat diekstraksi menjadi obat herbal, untuk selanjutnya diuji klinis sebagai obat modern.

"Dengan kekayaaan biodiversiti kita makin banyak yang rajin melakukan ekstraksi yang kemudian menjadi obat herbal terdaftar, ini selanjutnya kita dorong menjadi obat uji klinis, kami Ristek ingin mendorong menjadi obat modern asli Indonesia," kata Menteri Bambang dalam kegiatan Rakornas Kemristek/BRIN di Serpong, Banten pada Kamis (30/1).

Bambang menyampaikan, kegiatan penelitian di Indonesia yang secara akumulatif dilakukan oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang saat ini memiliki dua bidang riset yang menonjol, baik dari sisi kuantitas maupun biaya penelitian.

Dua bidang riset itu ialah kesehatan dan pertanian. Pertanian berkaitan dengan pangan. Sedangkan kesehatan salah satunya terutama terkait obat.

"Masalahnya dari sisi ekonomi, bahan baku obat itu 90 persen masih impor. Ini kemudian menjadi kegelisahan para ilmuwan di bidang kedokteran dan farmasi, sehingga sangat wajar kegiatan penelitian di bidang kesehatan menjadi dominan," ujar Bambang.

Karenanya, dia berharap agar Menkes memberikan ulasan tersendiri. Sebab permasalahan selama ini, masih besar gap antara penelitian dan komersial. Belum ada industri yang mengomersialkan temuan-temuan di bidang kesehatan.

Menteri Bambang juga berharap agar Menkes mendorong dokter-dokter di rumah sakit mulai beralih menggunakan alat kesehatan buatan Indonesia, memasukkan obat dalam negeri ke dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sementara Menkes Terawan berjanji akan melakukan pembenahan secara terukur. Dia menyebut selama ini pasar sudah nyaman dengan produk obat yang beredar.

"Perlu meyakinkan market bahwa obat buatan Indonesia ini juga aman dikonsumsi," terang Menkes.

Terkait dengan obat buatan Indonesia yang masuk dalam JKN, sejauh ini sudah ada obat implantasi termahal yang berasal dari Indonesia. Dari mulai bahan hingga produksi dari dalam negeri. Dengan demikian, fitofarmaka berkembang pesat.

"Ahli kita sudah melakukan. Cara produksinya saya yakin kita bisa. Hanya problemnya dalam hal marketing itu susah. Ini penting bagaimana meyakinkan agar market dapat menggunakan obat, dan yakin aman dikonsumsi menggunakan produk dalam negeri ini bagus," tandas Menkes.

KEYWORD :

Menristek Menkes Bambang Brodjonegoro Terawan Agus Putranto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :