Rabu, 24/04/2024 23:32 WIB

Usai Pencak Silat Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya, Silat Betawi Bakal Lakukan Ini

Setelah Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) menetapkan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia dari Indonesia, Pencak silat Betawi (Main Pukul Betawi) mengaku bakal melakukan sejumlah langkah guna melestarikan tradisi dan budaya tersebut.

Diskusi pencak silat betawi

Jakarta, Jurnas.com - Setelah Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) menetapkan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia dari Indonesia, Pencak silat Betawi (Main Pukul Betawi) mengaku bakal melakukan sejumlah langkah guna melestarikan tradisi dan budaya tersebut.

Langkah itu diantaranya seperti mencari, mengumpulkan sumber - sumber data terkait sejarah, filosofi, asal muasal dan perkembangan silat untuk di kaji dan di dokumentasikan.

Sebab, sampai saat ini, informasi atau data tertulis tentang sejarah silat betawi masih sangat minim dan sulit diakses oleh masyarakat umum.

"(Saat ini) literatur tentang silat betawi kan masih sangat minim, Nah mudah-mudahan dengan diskusi ini temen - temen silat terdorong untuk membuat tulisan tentang (perkumpulan dan jurus) silatnya dia sendiri," kata Ketua Perkumpulan Betawi Kita, Roni Adi dalam sebuah diskusi bertema `Pencak Silat Betawi Setelah Pencak Silat Indonesia Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia Takbenda Oleh UNESCO` di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Minggu (26/01/2020).

"Karena kalau peneliti yang nulis sendiri kan takutnya bias gitu kan. Tapi kalau pegiatnya sendiri yang nulis, dia akan bicara sejarahnya, nilainya dan Folklore (Cerita rakyat) itu bisa diangkat sama si pegiat silat itu sendiri," sambung Roni Adi.

Selain mendokumentasikan Main Pukul Betawi, Pegiat Silat Betawi juga mendorong agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat diskusi secara keliling kampung dengan melibatkan para pesilat, pemerhati dan para akademisi secara berkelanjutan.

"Kalau bicara jakarta ini, menurut saya (lebih efektif diskusinya) dari kampung ke kampung, karena di DKI sendiri kan ada 6 wilayah. Jadi gak mungkin (efektif) kalau semuanya (FGD) dipusatkan di situ babakan. Karena setiap wilayah punya pusatnya (pusat kebudayaan) sendiri. Jadi, Kalau diskusi kita (ingin) konsepnya keliling," ujar dia.

"Tapi tadi juga ada permintaan dari temen- temen pesilat, Kalau revitalisasi TIM ini sudah jadi, pesilat-pesilat betawi juga ingin diberi ruang untuk membuat kegiatan disini. Karena kan ada ruang terbuka hijau juga disini. Itu yang kita harapkan," sambung Roni.

Senada dengan Roni, Ketua Bidang Komunikasi Lembaga Kebudayaan Betawi, Yusron Sjarif mengatakan, sudah saatnya masyarakat dan Pegiat Silat membuka diri. Hal tersebut dimaksudkan agar bela diri asli indonesia itu tetap bisa bertahan dan terus berkembang serta dikenal masyarakat secara nasional dan global.

"(Dulu) Crew saya pernah diusir ketika dia mau liputan silat di daerah Jawa Barat. Padahal itu silatnya termasuk paling top. Anak buah saya diusir, karena mereka menganggap silat itu tidak untuk dipamerkan," katanya.

"Ketertutupan inilah yang membuat silat kalah bersaing dengan olahraga-olahraga asing seperti Taekwondo, Jujitsu dan Karate, nah ini yang saya khawatir, ketika sudah ditetapkan Unesco malah jadi tergerus, kalau silat itu masih menutup diri," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Pencak Silat Pusaka Djakarta, H. Sanusi (Babeh Uci) mengatakan untuk dapat mempertahankan eksistensi dan seni tradisi maen pukul Betawi, semua pihak harus saling bersinergi membuat gebrakan baru, salah satunya dengan mendirikan sekolah silat.

Dengan adanya sekolah silat itu, Jasmani dan Rohani anak - anak muda betawi akan terjaga dari gempuran budaya asing.

"Bikin satu gebrakan dong. Bikin sekolah silat sekalian, (nah) ini yang penting dibentuk akhlaknya yang baik. Jangan silatnya yang dibentuk dulu," tegasnya.

Selanjutnya, Dosen UNJ yang juga peneliti Beksi, Gres Grasia Azmin mengatakan agar silat betawi ini bisa digandrungi oleh semua lapisan masyarakat, khususnya anak muda, maka perlu dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan semua lapisan masyarakat.

"Kalau besok ada pemilihan abang none Jakarta. Saya usulin bang, tambahin satu bang, harus bisa bela diri (silat betawi)," ujar dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana menegaskan, Pemprov DKI Jakarta telah berkomitmen untuk mendukung dan melestarikan warisan budaya asli Jakarta ini.

"Terima kasih masukannya dari bapak - bapak, kalau bisa temen-temen datang ke sudin kebudayaan masing-masing wilayah. Supaya mendapat tempat dan perhatian, pada kegiatan di tahun ini,"katanya.

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta, kata Iwan juga mengaku mendukung diselenggarakannya ajang silaturahmi dan diskusi pegiat silat betawi ini.

"Diskusi (Silat Betawi) ini sangat menarik. Semoga kedepannya terus jalan, tetapi lokasinya kalau bisa dikampung-kampung, bisa di condet, di Kemayoran, Benjamin sueb, pondok rangon, di Setu Babakan atau dimana saja," katanya.

Terkait permintaan untuk membentuk sekolah pencak silat betawi, pihaknya mengaku saat ini belum bisa merrealisasikannya.

"Untuk sekolah silat, saat ini belum, tapi kalau di setu babakan, nanti ada SMK kesenian sekarang lagi dibangun.
(SMK) budaya betawi," ujar dia.

Untuk diketahui, setelah melalui perjuangan yang panjang, UNESCO akhirnya menetapkan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia dari Indonesia dalam sidang Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Bogota, Kolombia, yang berlangsung pada 9-14 Desember 2019.

Pencak silat yang memiliki akar tradisi kuat di Indonesia dan Malaysia itu telah berhasil mengokohkan sebagai sebuah tradisi yang memiliki akar pada dua aspek: bela diri dan mental-spiritual.

Pencak silat menjadi warisan dunia kesepuluh yang ditetapkan UNESCO setelah wayang, keris, batik, angklung, tari saman, noken, tiga genre tari tradisi Bali, kapal phinisi, dan pelatihan batik.

Pencak silat dianggap memiliki seluruh elemen yang membentuk warisan budaya tak benda. Pencak silat terdiri atas tradisi lisan, seni pertunjukan, ritual dan festival, kerajinan tradisional, pengetahuan dan praktik sosial serta kearifan lokal.

Dalam buku Maen Pukulan Khas Betawi karya GJ Nawi, dituliskan tentang adanya 317 aliran maen pukulan Betawi. Sebarannya luas, mulai dari Betawi Pesisir (Foreland), Betawi Tengah (Midland), Betawi Pinggir dan Udik (Hinterland).

Beberapa di antaranya telah terdaftar sebagai warisan budaya takbenda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.Terbaru pada 2019, ada silat Mustika Kwitang, silat Pusaka Djakarta, silat Troktok dan silat Sabeni Tenabang. Menyusul yang sudah ditetapkan lebih dulu adalah silat Beksi, dan silat Cingkrik.

Sementara di berbagai provinsi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menetapkan antaranya Penca’ dari Jawa Barat, Silek Minang dari Sumatra Barat, Silek Tigo Bulan dari Riau, Pencak Silat Bandrong dari Banten sebagai WBTb.

Dengan penetapan ini, perlu ada berbagai strategi dan basis agar pencak silat menjadi lebih maju dan dikenal. Apalagi pencak silat bukan saja sekadar olahraga bela diri, tapi telah menjadi jalan hidup bagi para pelakunya.

KEYWORD :

Pencak Silat Maen Pukul Betawi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :