Kamis, 18/04/2024 15:28 WIB

Tolak Seruan Cabut Pasukan dari Irak, Ini yang Dilakukan AS

AS memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Iran, sebagai tanggapan serangan terhadap pasukan AS di Irak yang diluncurkan oleh Teheran sebagai pembalasan atas kematian Jenderal Soleimani.

Presiden AS Donald Trump berbicara tentang situasi dengan Iran di Foyer Besar Gedung Putih pada 8 Januari 2020. (Foto: Getty Images)

Baghdad, Jurnas.com - Alih-alih menarik pasukannya keluar dari Irak, Amerika Serikat (AS) justru akan memperluas kehadiran NATO di wilayah tersebut pasca pembunuhan Jenderal Iran, Qassem Soleimani.

AS memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Iran, sebagai tanggapan serangan terhadap pasukan AS di Irak yang diluncurkan oleh Teheran sebagai pembalasan atas kematian Jenderal Soleimani.

Irak dapat menanggung beban kekerasan lebih lanjut antara tetangganya Iran dan AS, para pemimpinnya terjebak dalam ikatan karena Washington dan Teheran juga merupakan sekutu utama pemerintah Irak dan bersaing untuk mendapatkan pengaruh di sana.

Presiden Donald Trump mengatakan, Iran sedang menyusun rencan menyerang kedutaan AS di Baghdad dan bertujuan untuk menyerang empat kedutaan AS ketika Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS.

"Kami akan memberi tahu Anda kemungkinan penyerangan kedutaan di Baghdad. Saya dapat mengungkapkan bahwa saya percaya empat kedutaan telah menjadi target," kata Trump dalam sebuah wawancara Fox News.

Perdana Menteri, Irak Adel Abdul Mahdi mengajukan permintaan persiapan untuk penarikan pasukan AS melalui telepon dengan Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo pada Kamis (9/10) sesuai hasil voting di parlemen Irak minggu lalu.

Abdul Mahdi meminta Pompeo mengirim delegasi AS untuk melaksanakan keputusan parlemen. Menurutnya, pasukan yang digunakan dalam pembunuhan tersebut memasuki Irak atau menggunakan wilayah udaranya tanpa izin.

Namun, Kementeian Luar Negeri AS, mengatakan delegasi Paman Sam tidak akan membahas penarikan pasukan AS karena kehadiran mereka di Irak adalah pantas.

"Namun, perlu ada pembicaraan antara AS dan pemerintah Irak tidak hanya tentang keamanan, tetapi tentang keuangan, ekonomi, dan kemitraan diplomatik kami," kata juru bicara Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.

Pompeo mengatakan kepada wartawan bahwa delegasi NATO berada di Washington pada hari Jumat untuk membahas masa depan misi Irak dan rencana untuk mendapatkan pembagian beban yang tepat di wilayah tersebut.

Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS, mengatakan Pompeo sudah membahas Iran dengan Menteri Luar Negeri Kanada, Francois ‑ Philippe Champagne serta kesempatan untuk pasukan NATO yang diperluas di Irak dan pembagian beban yang tepat.

Gejolak terbaru dalam perang rahasia lama antara Iran dan Amerika Serikat dimulai dengan pembunuhan Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak pada 3 Januari. Beberapa hari kemudian, Iran menghujani puluhan rudal pangkalan AS di Irak.

KEYWORD :

Agresi Amerika Serikat Donald Trump Wilayah Irak Qassem Soleimani.




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :