Selasa, 16/04/2024 16:59 WIB

AS Pindahkan Kantor Pusat di Irak ke Kuwait

Kantor berita al-Forat berbahasa Arab Irak melaporkan bahwa aliansi tersebut memutuskan memindahkan pusat komandonya dari ibukota Irak, Baghdad ke Kota Kuwait pada Selasa (7/1).

Pasukan terjun payung AS dari Divisi Lintas Udara ke-82 tiba di Pangkalan Udara Ali Al Salem, Kuwait, pada 2 Januari 2020. (Foto: Reuters)

Baghad, Jurnas.com - Koalisi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) yang konon memerangi kelompok teroris Islamic State Iraq and Syria (ISIS/Daesh) dilaporkan telah memindahkan kantor pusatnya di Irak ke Kuwait.

Pemindahan itu setelah pembunuhan Letnan Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan komandan Mobilisasi Populer Irak (PMU), Abu Mahdi al-Muhandis pada Jumat pekan lalu.

Kantor berita al-Forat berbahasa Arab Irak melaporkan bahwa aliansi tersebut memutuskan memindahkan pusat komandonya dari ibukota Irak, Baghdad ke Kota Kuwait pada Selasa (7/1).

Jaringan berita al-Jazeera yang berbasis di Qatar dan Arab, mengutip sebuah laporan yang diterbitkan kantor berita DPA Jerman, kemudian mengkonfirmasi akun tersebut.

Laporan itu datang hanya sehari setelah Perdana Menteri Irak, Adel Abdul-Mahdi mengatakan, Baghdad dan Washington harus bekerja sama menarik semua pasukan asing dari negara itu.

Abdul-Mahdi membuat pernyataan ketika berbicara dengan duta besar AS, Matthew Tueller, setelah anggota parlemen Irak dengan suara bulat menyetujui undang-undang yang menuntut penarikan semua pasukan militer asing yang dipimpin AS dari negara itu.

"Perdana menteri menekankan pentingnya kerja sama timbal balik dalam menerapkan penarikan pasukan asing, sesuai dengan resolusi parlemen Irak, dan untuk mengatur hubungan dengan Amerika Serikat pada landasan yang tepat," kata kantor Abdul-Mahdi pada Senin (6/1).

"Kami menekankan betapa berbahayanya situasi saat ini dan konsekuensinya. Kami juga akan melakukan segala yang bisa untuk mencegah turunnya perang terbuka," sambunghnya.

Juga pada hari yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal Gerakan al-Nujaba Irak, Nasr al-Shammari mengecam pembunuhan AS terhadap Jenderal Soleimani dan Muhandis, dengan mengatakan sebuah front persatuan akan dibentuk terhadap kehadiran militer AS di wilayah tersebut.

"Para pemimpin kelompok-kelompok perlawanan Irak akan mengadakan pertemuan hari ini atau besok untuk menyatakan pembentukan front persatuan melawan kehadiran militer AS. Lebih baik bagi kita bergabung dan berurusan dengan Washington, yang mengklasifikasikan kita dalam kategori yang sama," sambungnya.

"Pertempuran sekarang telah pindah ke jantung sekutu Washington di wilayah itu, yang mendorong serangan yang menargetkan kami. Istilah terorisme internasional berlaku untuk Amerika Serikat begitu ia datang ke wilayah kami dan menempatinya, "tambah Shammari.

Ia mencatat bahwa darah Jenderal Soleimani dan Muhandis menggagalkan semua rencana AS melawan Irak, menekankan bahwa kelompoknya selalu skeptis tentang tindakan AS di negara Arab.

"Kehadiran Amerika di Irak berbahaya bagi operasi militer melawan Daesh dan negara itu sendiri ... Kami akan berperang melawan kehadiran militer Amerika sedapat mungkin di kawasan itu," kata Shammari.

KEYWORD :

Qassem Soleimani Timur Tengah Pengawal Revolusi Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :