Ilustasi sekolah lapang. (Foto: Ist)
Kalbar, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo optimistis program Integrated Participatory Development and Management Irrigation Program (IPDMIP), dapat memberi manfaat bagi kepentingan masyarakat pedesaan, khususnya bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan.
Lewat IPDMIP, kata Syahrul produktivitas pertanian terus meningkat, khususnya di daerah irigasi. "Pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat. Pertanian adalah emas 100 karat," ujar Syahrul.
Dia menyampaikan jika produktivitas meningkat, pendapatan petani juga meningkat. Karena itu, Kemampuan sumber daya manusia juga harus terus ditingkatkan agar bisa mengelola pertanian dengan baik.
"Terutama para pemuda dan milenial. Kita gerakan pertanian Indonesia, masa depan pertanian kita ada pada mereka," ujarnya.
Begitu juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, program IPDMIP menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di daerah irigasi sehingga pada akhirnya kesehatan petani bisa meningkat.
Tingkatkan Produksi Padi Musim Kemarau, Kementan Siap Latih Widyaiswara, Dosen, Guru dan Penyuluh Pertanian
Menurutnya, IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDMnya (petani, penyuluh, dan petani milenial) harus digarap lebih dahulu melalui pelatihan.
Sistem pertanian tradisional, kata dia, dicirikan produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Petani di Dusun Sungai Terumbu Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya merasakan manfaat signifikan setelah mengikuti Sekolah Lapang Daerah Irigasi (SL DI) IPDMIP, yang dijalankan Kementerian Pertanian (Kementan).
Koordinator SL DI setempat, Citra Oktafiani dalam keterangan pada Sabtu (30/10) bahwa kompetensi mereka (petani) terkait pertanian meningkat dari sebelum mengikuti sekolah lapang.
"Pemahaman petani di Daerah Irigasi Nipah Panjang lebih meningkat sekarang. Lebih efektif ketika mereka akan memulai musim tanam, karena sudah banyak pengetahuan yang merek serap," ujarnya.
Citra mengatakan pelatihan diikuti 20 peserta dari Kelompok Tani Sepakat Mekar B, dengan rincian 4 orang perempuan dan 16 laki-laki. Mereka mendapat materi, seperti identifikasi masalah, persiapan lahan, hingga penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) pada lain.
Dia memaparkan, salah satu materi yang diberikan yakni mengenai bagaimana melakukan uji lahan. Petani diberikan pemahaman soal bagaimana mengetahui jumlah pupuk yang seharusnya dipakah di lahannya, sehingga penerapan pupuk lebih berimbang.
"Selain itu dapat menghemat pengeluaran, menekan kerusakan lingkungan dan produksi sesuai target," katanya.
Tak samapai di situ, para peserta juga diberikan kegiatan praktik antara lain turun ke sawah untuk mengambil contoh tanah dengan cara yang benar, selanjutnya dianalisa oleh masing-masing kelompok.
Tujuannya, untuk mengetahui kandungan NPK tanah sawah yang dianalisa menggunakan PTUS apakah termasuk kategori sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. "Dengan begitu peserta bisa membedakan bahwa pupuk itu palsu atau tidak," cetus dia.
Dia menyebut program IPDMIP berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi petani, termasuk dalam meningkatkan produktivitas padi, merehabilitasi jaringan irigasi, mencetak sawah beririgasi, menjamin tersedianya air untuk irigasi, hingga meningkatkan infrastruktur pertanian.
"Kita yakin dengan begitu, cita-cita kedaulatan pangan nasional bisa terealisasi," tutup dia.
KEYWORD :Sekolah Lapang IPDMIP Dedi Nursyamsi