Sabtu, 14/12/2024 02:36 WIB

Topan Phanfone Warnai Perayaan Natal di Filipina

Phanfone merusak bagian utara pulau Cebu pada Selasa malam, dan penduduk turun dari pusat-pusat evakuasi

Nelayan membawa kapal ke tempat yang lebih tinggi di Baybay, Samar timur pada hari Selasa setelah topan Phanfone menghantam Filipina tengah. | AFP-JIJI

Jakarta, Jurnas.com - Topan Phanfone menghantam Filipina tengah pada Hari Natal, membawa musim liburan yang basah, sengsara, dan menakutkan bagi jutaan orang di negara yang mayoritas beragama Katolik itu.

Puluhan ribu orang terdampar di pelabuhan-pelabuhan yang tutup atau pusat-pusat evakuasi pada puncak musim perayaan Rabu, dan penduduk meringkuk di rumah-rumah yang basah karena Phanfone melompat dari satu pulau kecil ke pulau lain untuk hari kedua.

Dilansir Japantimes, Topan itu merubuhkan rumah-rumah seperti akordeon, menumbangkan pohon, dan menghitamkan kota-kota di wilayah paling rawan badai Filipina.

Tidak ada kematian telah dikonfirmasi, tetapi penyelamat mengatakan mereka belum mencapai daerah yang lebih terpencil, yanh terkena banjir parah.

Meskipun lebih lemah, Phanfone melacak jalur yang mirip dengan Topan Super Haiyan - topan paling mematikan di negara itu dalam catatan yang menyebabkan lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang pada 2013 silam.

Lebih dari 16.000 orang menghabiskan malam di tempat penampungan improvisasi di sekolah, gimnasium dan gedung-gedung pemerintah saat topan itu mendarat Selasa, kata pejabat pertahanan sipil.

“Itu menakutkan. Jendela kaca hancur dan kami berlindung di tangga,”kata Ailyn Metran kepada AFP setelah dia dan anaknya yang berusia 4 tahun menghabiskan malam di kantor dinas cuaca setempat di mana suaminya bekerja.

Topan itu merobek bingkai jendela logam dari gedung dan menjatuhkannya ke mobil yang diparkir di luar, katanya.

Dengan hanya tidur dua jam, keluarga itu kembali ke rumah mereka di kota Tacloban hari Rabu untuk menemukan dua anjing mereka selamat, tetapi lantainya tertutup lumpur dan sebatang pohon tumbang di atas rumah terdekat.

Kantor cuaca mengatakan topan menguat sedikit pada Selasa malam dan bergerak dengan kecepatan 195 kilometer per jam (121 mph), yang dapat merobohkan pohon-pohon kecil dan menghancurkan rumah-rumah tipis.

Para penyintas turun ke media sosial dengan foto-foto dan video-video rumah yang hancur, bus-bus yang setengah tenggelam oleh banjir berwarna coklat, jalan-jalan dipenuhi batang pohon, dan tanaman kelapa dan pisang diparut oleh angin yang ganas.

Topan itu menghantam daratan ketika jutaan orang Filipina berbondong-bondong ke reuni klan setahun sekali yang berpusat pada noche buena , santapan tengah malam yang mewah yang merupakan puncak dari hari libur negara Katolik itu.

"Lebih dari 25.000 orang tetap terlantar di pelabuhan pada Hari Natal dengan layanan feri masih ditutup," kata penjaga pantai.

Sejumlah penerbangan ke wilayah itu juga tetap dibatalkan, meskipun ibukota Manila yang padat penduduk, di bagian utara sejauh ini telah selamat.

Phanfone merusak bagian utara pulau Cebu pada Selasa malam, dan penduduk turun dari pusat-pusat evakuasi hanya untuk mendapati rumah mereka rusak, kata pejabat pertahanan sipil Allen Froilan Cabaron kepada AFP.

“Mereka lebih aman di pusat evakuasi. Setidaknya mereka bisa makan malam Natal di sana, bahkan jika hanya ikan kaleng dan mie instan yang tersedia, ”kata Cabaron.

"Tetapi bahkan dengan makanan di atas meja, suasananya akan berbeda karena mereka tidak di rumah," tambah Cabaron.

"Jelas, mereka tidak dapat merayakan Natal dengan baik karena beberapa menghabiskan malam di pusat-pusat evakuasi," kata petugas penyelamat Cecille Bedonia kepada AFP melalui telepon dari kota Iloilo.

Di resor pulau barat Coron, pantai-pantai dikosongkan dan wisata perahu ditunda karena turis Barat tinggal di kamar mereka untuk menunggu serangan topan Kamis malam.

"Banyak tempat wisata di sini ditutup, dan beberapa tamu kami gagal tiba karena penerbangan mereka dibatalkan," kata resepsionis hotel Nina Edano kepada AFP melalui telepon.

"Kami tidak takut, tetapi suasana di sini umumnya suram," tambahnya.

Filipina adalah daratan besar pertama yang menghadapi sabuk topan Pasifik.

Dengan demikian, kepulauan itu dihantam oleh rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, menewaskan banyak orang dan memusnahkan panen, rumah dan infrastruktur lainnya dan membuat jutaan orang tetap miskin.

Sebuah studi bulan Juli 2019 oleh Asian Development Bank yang berbasis di Manila mengatakan badai yang paling sering menurunkan 1 persen dari output ekonomi Filipina, dengan yang lebih kuat memotong output hampir 3 persen.

KEYWORD :

Topan Phanfone Hari Natal Filipina




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :