Sabtu, 20/04/2024 06:17 WIB

Golkar Dibayangi Perpecahan Pasca-Munas

Seharusnya pemberian dukungan dimulai ketika Munas dibuka, bukan sebelumnya.

Lambang Partai Golkar

Jakarta, Jurnas.com - Politikus Kawakan Partai Golkar Agun Gunanjar Sudarsa menilai, Golkar dibayangi pecah bila Airlangga Hartarto tetap menjadi Ketua Umum dengan menggunakan cara-cara tidak demokratis serta membawa intervensi pejabat.

Sebaliknya, Agun meyakini bila praktik-praktik yang dilakukan dengan cara demokratis, siapapun bisa menerima hasilnya.

"Tapi kalau mekanismenya tidak demokratis, jangan salahkan, akan banyak kader Partai Golkar yang akhirnya eksodus. Saya yakin akan terjadi besar-besaran. Kalau dipaksakan dengan cara seperti itu," kata Agun di sela diskusi yang diselenggarakan di Kantor PARA Syndicate, Jakata Selatan, Jumat (29/11).

Agun menyoroti syarat pendaftaran bakal calon ketua umum (Caketum) Golkar yang mewajibkan 30 persen dukungan dari anggota partai. Dukungan itu harus diberikan sebelum Munas Golkar dimulai pada 3 Desember mendatang.

Bagi Agun, seharusnya pemberian dukungan dimulai ketika Munas dibuka, bukan sebelumnya. Bila dilakukan sebelumnya, pengurus daerah sebagai pemilik suara berpotensi diintimidasi. Maka itu dia merasa mekanisme yang baru terjadi di era kepemimpinan Airlangga itu bersifat otoriter.

"Dukungan 30 persen yang diserahkan di panitia Munas, saya wajib pertanyakan," tukas Agun.

Bagi Agun, dukungan itu seharusnya dilakukan tidak di luar gedung, tapi di forum Munas. Dengan cara apa? Dokumen itu masih kosong. Ada nama A, B, C, D, tinggal dia melingkari. Yang angkanya capai 30 persen itu yang resmi masuk dalam tahapan berikutnya.

Agun menegaskan, mekanisme 30 persen di awal membuat para pemilik suara tidak terbuka dan takut memberikan dukungannya kepada calon di luar Airlangga secara terbuka.

Karena itu, ia meminta kebijakan itu dihapus dan memberikan hak kepada pemilik suara untuk memilih dan dipilih secara adil. Dikatakannya, intimidasi terhadap pengurus daerah sebagai pemilik suara bukanlah isapan jempol.

"Hari ini sudah terjadi. Berapa orang yang sudah di Plt, berapa orang yang sudah dicopot, anda bisa cek. Banyak di berbagai daerah itu terjadi. Hal itu terjadi seperti ini menurut hemat saya harus dilawan. Termasuk misalkan proses pencalonan," jelasnya. 

Di samping itu, Agun juga mengharapkan menteri-menteri dari Golkar di Kabinet Joko Widodo - Ma`ruf Amin tidak mengintervensi Munas. Sebab, dia meyakini Presiden Jokowi melepaskan pemilihan ketua umum Golkar secara jujur dan adil. 

"Kalau para menteri yang terlibat, terkait hal itu turun gunung ke bawah, justru harusnya mencegah kecurangan. Hei, parpol jangan sekali-sekali mau menang (dengan cara tak demokratis, red). Menang harus dengan cara-cara demokratis seperti membuat mekanisme pemilihan yang selurus mungkin," tegas Agun.

Sebelumnya, sejumlah kader Golkar sudah menyuarakan ketidakpuasan terhadap cara-cara nirdemokratis menuju Munas partai itu. Selain soal penggantian terhadap pengurus daerah yang disebut tak mendukung Airlangga, tiga orang menteri disebut aktif mengintervensi partai. Tujuannya demi memenangkan Airlangga di forum munas itu.

KEYWORD :

Munas X Partai Golkar Airlangga Hartarto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :