Minggu, 06/10/2024 05:14 WIB

Menristek Dorong Riset dan Inovasi di Sektor Manufaktur

Hampir semua negara maju berpopulasi besar, lanjut Bambang, memiliki sektor manufaktur yang kuat karena banyak tenaga kerja yang terserap, dan bekerja di pabrik yang inovatif, salah satu contohnya ialah Korea Selatan.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro (Foto: KSKP)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia saat ini sudah berkembang dari sisi ekonomi jasa, terutama di ekonomi digital.

Kendati demikian, Indonesia juga perlu memperkuat sektor manufaktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan menyebarluaskan kesejahteraan nasional.

"Saat ini kita paham bahwa semua orang saat ini berada dalam euforia `digital economy`, tapi di saat yang sama kita harus melihat masa depan, dalam arti kita harus mulai menanam pondasi yang kuat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Menteri Bambang dalam keterangannya pada Jumat (1/11).

Bambang menegaskan, dia berkomitmen mendorong perusahaan berbasis manufaktur dan kalangan industrialis di Indonesia, dengan mengembangkan produk inovatif yang kompetitif di persaingan internasional, yaitu melalui proses riset dan pengembangan (R and D).

"Mengapa Korea Selatan sangat baik dalam membuat Samsung atau LG sebagai produk elektronik yang dominan? Hal ini bukan karena magic touch atau keberuntungan semata, tapi karena proses riset dan pengembangan RD (upscaling RD products menjadi innovative useable products) yang lama dan melelahkan. Itulah yang seharusnya industrialis lakukan," ujar dia.

Hampir semua negara maju berpopulasi besar, lanjut Bambang, memiliki sektor manufaktur yang kuat karena banyak tenaga kerja yang terserap, dan bekerja di pabrik yang inovatif, salah satu contohnya ialah Korea Selatan.

Menurut dia, Korea Selatan saat ini mulai pindah ke ekonomi berbasis jasa. K-Pop adalah contoh sukses dari service economy.

"Tapi Indonesia tidak bisa meniru begitu saja dengan adakan versi K-Pop sendiri," papar Menristek/Kepala BRIN.

Bambang menjelaskan, Korea Selatan baru bisa mengembangkan K-Pop setelah manufaktur Korea Selatan berhasil menciptakan produk inovatif yang kompetitif, yaitu ponsel pintar atau smartphone.

"Indonesia harus melalui proses yang sudah dialami Korea, melalui hal yang melelahkan, yaitu membangun sektor manufaktur sehingga dapat menjadi kompetitif. Kalau kita lihat yang sudah terjadi di Korea," tandas dia.

KEYWORD :

Menristek Bambang Brodjonegoro Sektor Manufaktur pertumbuhan ekonomi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :